BEGINI SEHARUSNYA THALIBUL ILMI DI BULAN RAMADAN

Sudah seyogyanya, seorang Thalibul ilmi di dalam bulan Ramadan memperbanyak ibadahnya lebih dari apa yang dilakukan selainnya (dari orang awwam).

Maka, teramat salah pemikiran kebanyakan mereka yang mengatakan "ambil saja ilmuku, jangan pedulikan kelalaianku". Padahal tak sepantasnya seorang Thalibul ilmi mengatakan seperti itu, mengapa? karena setiap Thalibul ilmi akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah tentang ilmu yang ia dapatkan, ia juga akan ditanya tentang amalan yang masih belum ia kerjakan padahal ia sudah tahu ilmuya.

Jika seorang Thalibul ilmi ingin mengethui apakah ilmu yang ia tuntut itu dapat menjadi syafa'at baginya atau malah menjadi bumerang buruk atasnya, atau ia ingin melihat apakah ilmu yang ia tuntut itu bermanfaat atau malah menjaddi mudhorot untuknya, maka lihatlah kepada amalannya. jikalau ia melihat amalannya tersebut menmbahkan ketaatannya kepada Allah, amalan tersebut menambahkan taufik Allah kepadanya, maka ilmu itulah yang benar benar bermanfaat. sebaliknya, jika ia melihat ilmu yang ia tuntut tak membawa ia kepada amalan shalih, tidak menambah ketaatannya kepada Allah, bahkan ia dijauhkan dari taufik Allah azza wajalla, maka ketahuilah bahwa ilmu yang sedang ia tuntut tersebut tak bermanfaat untuknya atau bahkan ilmu tersebut dapat menjadi boomerang buruk atasnya.

Al Imam Hasan Al Bashri berkata ;

يجب على المسلم أن يعرض عمله ونفسه على كتاب الله وسنة رسولله صلى الله عليه وسلم. فإن وجدها خيرا فاليحمد الله وسأله الزيادة وإن وجدها على خلاف ذلك رجع عن قريب وأناب إلى الله عز وجل

Hendaknya setiap muslim menakar amalan dirinya kepada alquran dan assunah, jikalau ia mendapati hasil yang baik (sesuai dengan petunjuk alquran dan assunnah) maka hendaknya ia memuji Allah dan meminta agar ditambahkan. namun, apabila ia mendapatkan hasil sebaliknya(tak sesuai dengan alquran dan assunah) maka hendakanya ia segera kembali dan memohon ampunan kepada Allah azzawajalla.

Begitulah, setiap orang diperintah untuk melihat dan memperhatikan amalannya, terlebih lagi seorang thalibul ilmi. ketika ia mempelajari dan mendapatkan ilmu tentang sesuatu, ia harus bersemnagta untuk mempraktekkan ilmu yang ia dapatkan tersebut.

Oleh karenanya, Abu Abdirrahman Assulamy berkata ;

حدثنا الذين كانوا يقرئوننا من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم أنهم كانوا لا يجاوزون عشر أيات حتى يعلم ما فيها من الحلال والحرام ويعمل بها

Telah menceritakan kepada kami para sahabat nabi shallallahu 'alaihi wasalam yg kami berguru kepada mereka; bahwa mereka dahulu tak akan bernajak dari mepelajari 10 ayat Alquran sampai mereka mengetahui perkara hukum halal dan haram di dalamnya serta mengamalkan ayat tersebut.

Sekarang, lihatlah kepada sebagian ahli ilmu tentang hal ini :

Telah diriwayatkan dari abu bakar almarrudzi bahwasanya sufyan bin sa'id ats-tsauri rahimahullah berkata :

إن استطعت أن لا تحك رأسك إلا بسنة (أي ببحث عن علم لكي يكون عملك على سنة ) فافعل

Jikalau engkau bisa untuk tidak menggerakkan kepalamu kecuali dengan sunnah (maksudnya: memnuntut ilmu agar amalan sesuai dengan sunnah) maka lakukanlah.

Al imam Ahmad berkata :

ما علمت شيا من السنن قط فعله النبي صلى الله عليه وسلم إلا فعلته إلا سنة واحدة عجزت عن فعلها وهي أن أطوف راكبا (فقد ثبت في الصحيح من حديث أم سلمة رضي الله تعالى عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم طاف بالبيت راكبا) وما عدا ذلك فقد فعلت.

Tidaklah aku mengetahui sunnah sunnah nabi shallalhu 'alaihi wasallam apapun itu melankan aku kerjakan. kecuali satu sunnah yang aku tak bisa mengerjakannya, yaitu thawaf dengan menggunakan kendaraan. (sebagaimana hadits shahih dari ummu salamah bahwasanya rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam thawaf di ka'bah dengan berkedaraan) adapun selain itu aku sudah kerjakan seluruhnya.

Bahkan, beliau berkata (yang maknanya) : "Jikalau engkau mengetahui satu sunnah nabi shallalahu 'alahi wasallam maka kerjakanlah, walaupun sekali seumur hidupmu"

Ia menyebutkan hal tersebut dalam kitab Al-Khitaab, ketika menjelasakan tentang hadits Nabi yang menceritakan bahwasanya Beliau mewarnai jenggotnya dengan inai, beliau berkata : kerjakanlah walau sekali seumur hidup sebagai bentuk pengamalan atas sunnah.

Maksud dari semua ini adalah; hendaknya seorang Thalibul ilmi beramal di dalam bulan Ramadan ini dengan banyak amalan ketaatan yang melebihi apa yang dilakukan selain mereka (dari orang awwam).

Wajib baginya untuk menjaga lisannya, mejaga puasanya dari hal hal syubhat atau selainya. juga, harusnya ia mejadi orang yang paling banyak melazimi masjid, entah dalam rangka i'tikaf atau sekedar menetap. hendaknya ia juga bersegara dalam menjawab panggilan shalat lima waktu, bersemngat untuk mengamalkan sunnah dan yang semisalnya.

Tentang hal tersebut, seorang Imam Ahmad ketika beliau sedang melakukan sebuah perjalanan safar, ia bangun untuk shalat malam sedang teman teman seperjalanannya tak bangun untuk itu. ketika beliau melihat ke arah mereka beliau berkata :

عجبت لطالب العلم لا يقوم الليل

Aku sangat heran dengan seorang yang mengaku Thalibul ilmi seddang ia tak bangun malam.

Abu zinad berkata :

إن مما يعاب به على المتفقه أن يقل من قراءة كتاب الله عز وجل

Merupakan sebuah aib bagi seorang pelajar ilmu agama, jika ia sangat sedikit membaca kitab Allah (alquran)

Hendaknya seorang Thalibul ilmu atau setiap Muslim menjadikan Alquran sebagai wirid hariannya.

Maka, bersemangatlah untuk mendatangi setiap kebaikan yang ada, terlebih apa apa yang telah diketahui ilmunya. terlebih lagi di hulan yang dilipatgandakan ganjaran setiap amalan di dalamnya.
Wallahu a'lam

Washallallahu 'ala nabiyyina muhammad.

Dari muhadhoroh Syaikh Abdussalam Asy-Syuwai'ir di kanal Youtube.
oleh Abu Hatim pada 11 Ramadan 1440. 
 
Untuk menyaksikan versi aslinya, silakan tonton tayangan berikut ini :




Post a Comment

0 Comments