Ada pertanyaan menarik dari salah seorang rekan majlis kami malam ini,
di sesi tanya jawab yang disediakan ustaz untuk saling berbagi dan
berdiskusi.
Pertanyaan beliau begini : "ustaz, ada sebagian pihak
yang mengatakan bahwa dalam prosespimilihan [endamping hidup (istri),
pilihlan yang solehah dan dan pintar, agar nantinya menghasilkan anak
anak yang cerdas. bagaimana kita menggapi ini ustaz.?"
Pertanyaan
beliau ini disambut gelak tawa beberapa teman, pasalnya, baru kemarin
malam, aku (iya saya menulis ini) bertanya hal yang cukup berkaitan
dengan apa yang ditanyakan rekan kami ini.
Sekarang, mari kita lihat jawaban ustaz sebagai seorang guru dan senior dalam ilmu dan kehidupan.
"wallahu
a'alam, dengan keterbatasan ilmu yang ana miliki, untuk memilih seorang
istri yang baik, tentu saja kita semua tahu tentang memilih wanita
dengan melihat kualitas agamanya, namun teman-teman, yang juga menajdi
urgent untuk ditimang adalah, bisakan wanita itu, benar benar menjadi
wanita seutuhnya?"
"Kemarin kita sudah bacakan nasehat salah
seorang ustaz sepuh kita tantang kriteria istri yang haru diperhatikan
seorang penuntut ilmu, siap miskin (ini punya makna luas), siap hidup
dimana saja (karena sebagai seorang yang mendedikasikan dirinya untuk
dakwah, harus siap berjuang dimanapun), tidak cengeng (dan ini luas
juga, termasuk tidak mudah baperan karena akan banyak halang rintang
yang datang, seperti ditinggal pergi suami untuk berdakwah, dll), dan
yang terakhir, harus siap bergaul dengan siapa saja, atau kalau dalam
bahas kita, ketika antum menjadi seorang kiyai, istri antum harus siap
menjadi nyai."
"Teman-teman" beliau melanjutkan. "menjadi wanita
seutuhnya itu teramat oentung dalam kehidupan sebuah rumah tangga.
sebagaimana seorang suami yang harus bisa menjadi pria seutuhnya. dan
hal-hal seperti ini sangat jarang kita dapati di pondok pondok
pesantren, bahkan di kampus kita sendiri.
apasih yang biasanya
dijarkan pesantren pesabtren dalam hal kewanitaan? menjahit, memasak,
atau yang berkisar di antara itu. itu semua bagus, sangat bagus, namun
apakah nantinya bisa menjamin sebuah rumah tangga tentram dan tenang,
tidak sama sekali.
Jadi, masalah kepintaran, kecerdasan,
berskilnya seorang wanita, sangatlah bagus, namun jangan jadikan itu
sebagai patokan. carilah wanita yang bisa menjadi istri/menjadi wanita
seutuhnya.
Apa yang kita maksud menjadi wanita seutuhnya? yaiutu
pandai bersikap sebagai seorang wanita. pandai memainkan peran, tahu
cara menanggapi suami saat sedang marah, tahu bagaimana yang harusnya
dilakukan saat suami sedih, apa yang hendaknya dikerjakan di saat suami
gembira.peran-peran seperti ini begitu teramat penting untuk seorang
wanita khususnya seorang istri. karena betapa banyaknya rumah tangga
yang datang ke ana, mengadukan permasalahnnya, tentunya dengan segala
keterbatasan ana, kita dapati mereka berselisih pada hal hal yang
seharusnya tidak diperselihikan"
"Ana ada kenal seorang
ustaz/thalibul ilmi" beliau mulai bercerita. "yang akhirnya bercerai
dengan istrinya, yang setelah ana dengan kabar, ternyata disebabkan oleh
sebuah permasalahan yang tak sepantasnya menjadi sebab perceraian
tersebut. padahal, belaiu ini hafiz, istrinya hafizah, sama sama pelajar
syariah, namun ketika tidak paham bagaimana menyikapi satu keadaan,
suami tidak mengerti bagaiman bersikap kepada istrinya, istri tidak
pandai bersikap dihadapan suaminya, maka akan seringlah terjadi kendala
kendala yang ujungnya menyebabkan keretakan rumah tangga"
Jadi, teman teman. mengetahui peran masing-masing itu sangat penting dalam kehidupan sebuah rumah tangga.''
Kami (saya yang menulis ini) katakan : bagaimana contohnya pandai menempatkan diri sebagai seorang istri?
Berikut kami jawab dengan menukil penjelasan guru kami yang beliua sampaikan masih dalam satu majlis dengan bahasan di atas.
Contohnya
begini, ketika terjadi kesalah pahaman dalam rumah tangga yang
menyebabkan seorang suami marah, biasanya akan muncul egoisme prianya si
suami. lalu, sebagai seorang istri, ketika ia bisa menajddi wanita
seutuhnya, ia akan tahu bagaimana harus bersikap. tidak mungkin ia
dengan pongahnya menasihati, memberi wejangan, memberi peringatan,
bahkan ketika dalam keadaan tersebut seringkali ayat-ayat dan hadis sama
sekali tidak mempan.maka, seorang istri yang cerdas tentu akan mencari
jalan lain untuk meredakan suasana.
Ini sebagai cotoh sederhana
tentang seorang wanita yang dapat menajdi wanita seutuhnya. atau dalam
bahasa kesimpulan kami "MATANG".
"Teman-teman yang semiga
dirahmati Allah," nasehat beliau berlanjut. "Dari hal inilah kita tahu
atas alasan apa Rasulullah shallahu 'alahi wasallam menikahi Khadijah
radhiyallahu 'anha yang umurnya jauh di atas beliau (ya, walaupun ada
sebagian yang mengatakan umur Khadijah ketika menikah dengan Rasulullah
adalah 28 tahun, tapi mayoritas ahli sirah menyatakan umurnya 40 tahun
ketika itu), karena Khadijah itu matang, beliau bisa menjadi wanita
seutuhnya, tidak baperan, pandai membawa ketenangan."
Kami
(penulis) tetiba teringat kisah awal mula wahyu turun kepada Nabi
shallahu a'alaihi wasalllam. Di saat Rasulullah datang dengan ketakutan,
ia dengan sigap menyelimuti beliau, menenangkan hati beliau. Khadijah
tidak bertanya tentang apa yang terjadi, karena ia yakin Nabi belum dapt
bercerita ketika itu. Barulah ketika keadaan sudah sedikit tenang, ia
berkata "nanti ketika utusan itu datang (malaikat jibril) mendekatlah
kepadaku.
Benar saja, ketika utusan itu datang nabi ketakutan,
beliau mendekat ke Khadijah, khadijah berkata "apakah kau masih
melihatnya?" nabi menjawan "ya'. maka khadijah mendekatkan Nabi shallahu
alaihi wasallam kepankuangannya, "apakah kau masih melihatnya?" tanya
Khadijah. "ya" jawab nabi, lalu Khadijah kembali mendekatkan diri Nabi
shallahu 'alahi wasallam hingga samapai ia memeluk nabi shallahu 'alaihi
wasallam. semua itu ia lakukan adalah untuk menenangkan hati suaminya,
dan pada saat itu, ia benar-benar menjadi wanita yang dapat bermain
sesuai perannya. yaitu menjadi tempat ternyaman untuk pulang.
"Pada
akhirnya teman teman" beliau menutup nasehat beliau. "Bukan tentang
wanita yang cerdas, yang hebat, yang hafizah, yang seorang penuntut
ilmu, yang menjamin kenyamanan dalam rumah tangga, tapi wanaita yang
benar benar tahu perannya lah yang dapat memberikan kenyaman tersebut.
sekali lagi, ini sangat berlaku untuk seorang suami, karena tidak
sedikit dari kita yang belum menjadi pria seutuhnya, belum paham cara
menghadapi wanita, belum bisa bermain peran sebagai seorang suami, ayah,
saudara, guru, dan tauladan"
Dengan begini terjawablah
pertanyaan rekan kami tadi. sebuah jawaban yang tampak keluar jalur,
namun begitulah, seorang guru yang bijak tidak hanya dapat memberi
jawaban dari sebuah pertanyaan, akan tetapi, ia dapt memberikan solusi,
wejangan, masukan yang baik dan bermanfaat untuk si penanya daan orang
orang yang dapt mengambil hikmah dari setiap kejadian.
Selesai ditulis pukul 23.04, satu jam setelah majlis zoom ta'zhimul ilmu berakhir.
Semoga
Allah memberikan kita taufik agar dapat mengamalkan setiap ilmu yang
kta miliki. sebagaimana kita berharap agar Allah memudahkan kita dalam
mencari pasangan hidup yang baik (tentunya bagi yang belum menikah).
wama zaalika 'alalllahu bi 'aziiiz.
1 Comments
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh. Sy sgt berharap adanya tulisan atau ebook yg berfokus pada bagaimana hendaknya wanita itu bisa dikatakan "MATANG" . baik dlm Berbagai kisah2 atau pun contoh2 secara detail dan fakta. Smg allah mudahkan ustaz
ReplyDelete