Oleh sebab itulah, jika seseorang yg
sedang dalam keadaan emosinya tinggi sangat dianjurkan untuk mengendalikan nya
, bahkan dikatakan merekalah orang yg kuat sebenarnya seperti Dalam sebuah
hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
a.asas perkataan
« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ،
إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
»
“Bukanlah
orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam)
pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah
yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah ”
b.penjelasan
Inilah
kekuatan yang terpuji dan mendapat keutamaan dari Allah Ta’ala, yang ini
sangat sedikit dimiliki oleh kebanyakan manusia.
Imam
al-Munawi berkata,“Makna hadits ini: orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang
yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia (mampu)
melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu). Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada
kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu
maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling
berbahaya (hawa nafsunya)”.
Inilah
makna kekuatan yang dicintai oleh Allah Ta’ala yang disebutkan dalam
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”.
Arti
kuat dalam hadits ini adalah kuat dalam keimanan dan kuat dalam berjuang
menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah azzawjalla
Dalam
hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ
يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ
»
“Barangsiapa
yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah
Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua
manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli
yang disukainya”.
Imam
ath-Thiibi berkata, “(Perbuatan) menahan amarah dipuji (dalam hadist ini)
karena menahan amarah berarti menundukkan nafsu yang selalu menyuruh kepada
keburukan, oleh karena itu Allah Ta’ala memuji mereka dalam firman-Nya,
{وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
“Dan
orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang
lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali
‘Imran:134)”
Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini: “…padahal dia
mampu untuk melampiaskannya…”, menunjukkan bahwa menahan kemarahan yang terpuji
dalam Islam adalah ketika seseorang mampu melampiaskan kemarahannya dan dia
menahnnya karena Allah Ta’ala, adapun ketika dia tidak mampu
melampiaskannya, misalnya karena takut kepada orang yang membuatnya marah atau
karena kelemahannya, dan sebab-sebab lainnya, maka dalam keadaan seperti ini
menahan kemarahan tidak terpuji.
Seorang
mukmin yang terbiasa mengendalikan hawa nafsunya, maka dalam semua keadaan dia
selalu dapat berkata dan bertindak dengan benar, karena ucapan dan perbuatannya
tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya.
Inilah
arti sikap adil yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai sikap yang lebih
dekat dengan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,
{وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ على أَلاَّ تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا
هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى}
“Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”
(QS al-Maaidah:8).
Imam
Ibnul Qayyim menukil ucapan seorang ulama salaf yang menafsirkan sikap adil
dalam ayat ini, beliau berkata, “Orang yang adil adalah orang yang ketika dia
marah maka kemarahannya tidak menjerumuskannya ke dalam kesalahan, dan ketika
dia senang maka kesenangannya tidak membuat dia menyimpang dari kebenaran”
maka
sejatinya kita sebagai seorang muslim untuk menjaga setiap emosi kita,
namun berbeda jika sesuatu yang membuat emosi kita naik itu berkaitan
dengan penghinaan terhadap agama, terlebih kalamullah dan perkataan
rasul shalallahu alaihi wasallam. semoga catatan singkat ini bermanfaat,
saya meminta ampun kepada allah atas segala kesalahan dan kejahilan
saya, washalallahu ala nabiyyina muhammad.