PERMEN ITU BERNAMA "SYUKUR"


 

 (Sepotong Puzzle Mentawai dari potongan kenangan yag berkeping)

Berapa sih harga permen tuh? mahal gak ya?

Permen, ada apa pula sehingga kami menuliskan bahasan permen disini?

Begini, diantara nikmat Allah yang kami rasakan baru-baru ini addalah, sebuah perjalanan berharga ke satu dusun di kepulauan mentawai. Teman-temn tau mentawai bukan? Silakan searching sendiri untuk kejelasannya.

Perjalanan yang tak pernah kami bayangkan akan kami jalani, dan semoga akan tetap kami jalani hingga akhir hayat nanti.

Lantas, apa hubungan permen dan perjalanan kala itu.

Banyak, dengannya kami tahu harga sebuah permen. Nah, bukannya harga permen di warung warung itu biasa 500 an atau bahkan 500 dapet 3?

Mungkin teman benar, harga sbuah permen kecil sangat snagat murah untuk kalangan berada, atau bahkan miskin sekalipun. Namun yang akan kami ceritakan disini adalah tentang sebuah senyum setelah menerima permen tersebut.

Adalah sebuah kenikmatan, ketika kita dapat memasukkan kebahagiaan ke dada-dada manusia. Terkhusun saudara-saudara kita muslim.

Pagi itu, tepatnya setelah kami menyantap sagu bakar (yang menjadi makanan pokok masyarakat di mentawai) dengan segelas teh hangat, kami memulai agenda kami selanjutnya, berjalan di tengah dusun, menampakkan izzah sekaligus indahnya islam. Mengapa harus demikian? ya, sederhana saja, masyarakat disini mayoritas adalah pemeluk agam nashrani (dengan ragam macamnya) atau bahkan agnostik, tidak punya agama sama sekali. Sedangkan muslim, hanya ada beberapa KK. jadi, menunjukan keislaman sangat diperlukan untuk mengenalkan agama hanif ini.

Sesuai arahan dari salah seorang ustaz yang sudah lama terjun dalam meddan dakwah yang seperti ini, kami dibekali dengan beberapa kantong permen. Beliau menasehati agar selalu membawa permen tersebut jika sedang berjalan-jalan keliling dusun. Tujuannya, ya untuk dibagikan ke anak-anak yang dijumpai di jalan, tak peduli muslim kah dia atau tidak, yang penting, membuat hati anak-anak itu senang, dan nantinya akan penasaran dnegan orang baru yang meberi mereka hadiah tersebut, lalu kemudian mulai tertarik dengan islam. Ya, sesedrhana itu, namun jelas pengalaman yang berbicara.

Satu persatu rumah kami, lalui, kami sambangi, sambil memberi hadiah buat anak anak ini, “alak, alak” (ambil, ambil), kata kami menggunakan bahasa mentawai setelah sebelumnya diajarkan oleh teman seperjalanan kami yang memang orang asli mentawai.

Satu persatu anak mengambil jatah permennya, sampai pada satu persimpangan jalan.

“ust, adakah gula-gula?” ucap suara tua itu.

Kami terkaget, 3 orang dengan punggung bungkuk berjalan bersama, pakaian mereka sudah lengkap, hijab sudah dikenakan.

“kaipa niu khap buk?” lagak kami menirukan bahasa mentawai.

“kemana bu?” “ke mesjid ustaz”. jawab mereka singkat.

Ya Allah, kami lupa bahwa ada jadwal belajar buat mereka pagi ini.

Kami lihat jam, masih pukul 8-an. artinya masih ada satu jam sampai waktu yang dijanjikan tiba.

“ya sudah ibu-ibu ke mesjid daja dulu, kita mau keliling sebentar” ucap kami sambil pamit berjalan lagi dengan seutas senyum.

“ust, permennya sudah habiskah?’ tanya salah seorang dari mereka dengan bahasa mentawai yang langsung dengan sigap diterjemahkan oleh teman seperjalanan kami.

“oh, ibu mau juga?” kata kami sambil merogoh kantong rompi.

“ini bu, alak” sambil tertawa kami meberikan 3 buah permen itu.

“sura staz, alhamdulillah dapat permen kita” kata seorang dari mereka sambil tersenyum dengan tulusnya.

ya, selesai. hanya begitu saja. benar.

Tapi tidakkah teman-teman dapati hal paling menakjubkan di dalam ucapan mereka.

Ya, benar sekali. Rasa syukur.

Entahlah, kapan terakhir kali mereka mengecap manisnya permen itu? entah ketika kecil? atau satu tahu yang lalu di saat ad apembagian zakat mal oleh tim dakwah lain? entahlah.

Yang kami tangkap adalah, bahwa mereka begitu gembira dengan satu butir permen tersebut. mungkin, beberapa waktu yang lalu mereka melihat kami membagikan permen dengan anak-anak dusun ini, sehingga muncul keingnan mereka untuk dapat menikamati hal sederhana tersebut.

Mungkin, kalau teman-teman membaca cerita ini, terkesan biasa saja. tapi percayalah wajah mereka, serta senyum mereka menyiratkan bahwa sudha lama skeali mereka tidak mendapatkan hal sederhana yang demikian.

Ini, memberikan kepada kita pelajaran besar. Tentang memaknai rasa syukur. Tentang keprihatinan. dan tentang…..Masa tua.

Seringkali, kita diguyur nikmat Allah. namun sesering itu pula kita lupa bersyukur.

Cerita ini sama sekali bukan ingin menggambarkan keprihatinan dna kemiskinan di dusun tersebut. sama sekali tidak.

Cerita ini adalah satu nikmat, yang didalamnya ada pelajaran. Bahwa sekecil apapun kebahagaiaan yang diterima, rasa syukur adlah satu tambahan kebahagiaan lainnya.

Sura aleyy, Terima kasih teman. SYUKRON.

Post a Comment

0 Comments