NGIKUTIN TREND, KEREN APA CEMEN?


Hari gini, siapa sih yang enggak kenal tren? Mulai dari gaya berpakaian, model rambut, sampai cara bicara, semua serba cepat berganti. Enggak heran, banyak dari kita yang gampang banget ikut-ikutan. Dikit-dikit ada yang pakai baju ini, langsung ikutan beli. Ada yang pakai aksesori itu, langsung ikutan juga. Padahal, sering kali yang kita ikutin itu adalah hal-hal yang enggak sesuai dengan nilai-nilai agama kita.

Mungkin kamu pernah dengar hadis ini:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ». قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، آلْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: «فَمَنْ؟»

Dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak gurun (dhob), niscaya kalian akan ikut masuk ke dalamnya." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini tuh kayak tamparan keras buat kita. Rasulullah SAW sudah kasih peringatan jauh-jauh hari kalau kita bakalan punya kebiasaan ikut-ikutan orang Yahudi dan Nasrani, bahkan sampai ke hal-hal yang paling enggak masuk akal sekalipun.

Kenapa Perumpamaan Lubang Dhob? 

Nah, kenapa sih Rasulullah SAW ngasih perumpamaan dengan lubang dhob? Dhob (biawak gurun yang lebih besar dari kaddal dan lebih kecil dari biawak biasa) itu hewan yang hidupnya di padang pasir. Lubang mereka itu sempit, berkelok, banyak percabangan, gelap, dan kotor. Enggak ada manfaat atau tujuan yang jelas buat masuk ke sana.

Pernah kebayang enggak, kalau ada orang yang tiba-tiba masuk ke lubang itu, dan kita ikutin? Padahal, logikanya aja enggak nyambung. Kenapa harus masuk ke lubang sempit, sulit, tambah kotor yang enggak ada gunanya?

Lewat perumpamaan ini, Rasulullah SAW mau kasih tahu kita kalau saking parahnya kebiasaan meniru ini, kita bisa sampai ikut-ikutan hal-hal yang enggak logis dan enggak ada manfaatnya, bahkan merusak diri sendiri. Contohnya kayak:

 * Pakaian: Kita sering lihat tren pakaian yang terbuka dan enggak sesuai syariat. Anehnya, banyak yang tetap pakai, padahal tahu itu salah.

 * Pesta dan Hiburan: Banyak acara atau perayaan yang enggak ada dalam ajaran Islam, tapi kita tetap ikutan merayakannya, bahkan meniru persis cara mereka.

 * Gaya Hidup: Mulai dari cara minum, cara makan, sampai cara bersosialisasi yang enggak Islami, kita tiru begitu saja seolah itu hal biasa.

Intinya, perumpamaan lubang dhob ini menunjukkan betapa mengerikannya kebiasaan latah ini. Kita bisa kehilangan akal sehat dan pertimbangan logis cuma demi ikut-ikutan tren yang dibuat oleh orang-orang yang enggak seiman.

Pesan dari hadis ini jelas: kita harus punya identitas sebagai seorang muslim. Enggak perlu ikut-ikutan gaya hidup yang bertentangan dengan ajaran Islam. Jadilah pribadi yang bangga dengan syariat, dengan akhlak, dan dengan adab-adab yang sudah diajarkan Rasulullah SAW.

Kebiasaan ikut-ikutan ini bukan cuma masalah gaya-gayaan. Jauh di balik itu, ada bahaya yang lebih serius: hilangnya identitas diri seorang Muslim. Ketika kita terus-menerus meniru kebiasaan orang lain tanpa filter, kita perlahan mengikis nilai-nilai yang seharusnya menjadi pondasi hidup kita.

Bayangkan, seorang Muslim yang shalat, puasa, dan berakhlak mulia. Tapi di sisi lain, ia juga meniru cara berpesta, cara berpakaian yang seronok, atau cara berpikir yang sekuler, yang semuanya bertentangan dengan ajaran agamanya. Ini menciptakan paradoks dalam diri. Kita jadi bingung, sebenarnya identitas kita ini apa? Apakah kita Muslim yang bangga dengan agama kita, atau sekadar peniru yang kehilangan arah?

Hadis tentang lubang dhob adalah pengingat bahwa kebiasaan latah ini bisa membawa kita ke jurang yang gelap dan kotor, di mana kita kehilangan cahaya petunjuk dari Allah SWT. Kita bisa berakhir mengikuti sesuatu yang sebenarnya merusak, hanya karena banyak orang melakukannya.

Ingat, kita enggak perlu jadi orang lain untuk bisa keren. Keberanian untuk jadi diri sendiri yang berpegang teguh pada ajaran agama adalah keren yang sesungguhnya. Jadi, yuk, mulai sekarang, lebih hati-hati dalam memilih mana yang patut kita contoh dan mana yang harus kita tinggalkan. Jangan sampai kita jadi bagian dari fenomena "lubang dhob" modern.


Lubang Dhob di Era Digital.

Di zaman sekarang, "lubang dhob" itu enggak cuma soal fisik, tapi juga virtual. Media sosial, film, dan musik adalah platform utama di mana kita bisa terpapar dan terpengaruh.

 * Tren Media Sosial: Dulu, mungkin kita cuma lihat di televisi. Sekarang, dengan TikTok dan Instagram, tren itu datang dalam hitungan detik. Tantangan (challenges) yang aneh, gaya hidup hedonis, atau cara berbicara yang kasar, semuanya bisa menjadi "lubang dhob" baru yang kita ikuti tanpa sadar.

 * Standar Kecantikan dan Keren: Iklan dan film Barat sering kali menampilkan standar kecantikan dan "keren" yang enggak Islami. Entah itu pakaian minim, tato, atau gaya hidup bebas. Tanpa disaring, kita bisa menganggap itu sebagai hal yang normal dan mulai mengejar standar palsu tersebut, bahkan sampai mengubah diri kita sendiri.

 * Gaya Berpikir: Ini yang paling berbahaya. Selain meniru gaya fisik, kita juga bisa meniru pola pikir. Misalnya, pandangan tentang kebebasan tanpa batas, relativisme moral (menganggap semua kebenaran itu relatif), atau bahkan pemikiran ateis yang sekarang banyak bertebaran di internet. Ini adalah lubang dhob yang paling dalam dan paling kotor, karena merusak akidah kita.


Bagaimana Cara Menghindarinya? 

Menghindari "lubang dhob" bukanlah hal yang mudah, tapi sangat mungkin. Berikut beberapa langkah yang bisa kita ambil:

 * Perkuat Fondasi Agama: Ilmu adalah perisai terbaik. Dengan memahami Al-Qur'an dan Sunnah, kita jadi punya "filter" yang kuat. Kita tahu mana yang sesuai dengan syariat dan mana yang harus kita tinggalkan. Semakin dalam pemahaman kita, semakin kuat pula pertahanan kita dari tren-tren yang menyesatkan.

 * Kritis dan Logis: Sebelum ikut-ikutan sesuatu, tanya pada diri sendiri: "Kenapa aku harus melakukan ini? Apa manfaatnya? Apakah ini sesuai dengan nilai-nilai yang aku yakini?" Gunakan akal sehat yang sudah Allah berikan. Jangan sampai kita jadi seperti robot yang meniru tanpa berpikir.

 * Bangun Komunitas yang Positif: Bergaul dengan teman-teman yang memiliki tujuan dan nilai yang sama akan sangat membantu. Ketika kita berada di lingkungan yang saling mengingatkan dan mendukung dalam kebaikan, kita akan lebih mudah untuk menolak pengaruh buruk dari luar.

 * Bangga dengan Identitas Muslim: Ingat, menjadi Muslim bukanlah sesuatu yang memalukan, tapi anugerah terbesar. Tunjukkan kebanggaan itu dengan menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berpakaian sopan, dan berpegang teguh pada ajaran Islam. Jadilah trendsetter kebaikan, bukan follower keburukan.

Hadis lubang dhob ini bukan sekadar cerita masa lalu. Ini adalah peringatan abadi untuk setiap Muslim di setiap zaman. Jangan sampai kita terperosok ke dalam lubang yang sama, hanya karena buta dan latah mengikuti jejak orang-orang yang tersesat.

Semoga kita selalu dijaga Allah.

Nasalullaha Al'afiyah.



Post a Comment

0 Comments