YANG HARUS DIMILIKI SEORANG DA'I


Dakwah kepada Tauhid adalah sebuah amalan mulia, perjuangan yang besar, dan  ladang pahal yang luas. 

Sudah sepantasnya setiap orang yang berkinginan terjun ke medan yang luar biasa ini, mempersiapkan diri dnegan persiapan yang matang, agar nantinya, setiap apa yang ia sampaikan dan dakwakan, berdampak buat dirnya dan juga orang sekitarnya.

Berikut ini adalah nasihat guru kami, Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Sindi dalam sebuah pertemuan.

Untuk setiap Da'i dan penyeru kepada Tauhid, Aku nasehatkan dengan 5 perkara, pegang ia kuat kuat :

1. Jadilah Alim.

Kalau kau ingin menjadi pejuang tauhid, anda harus paham apa itu tauhid.

Orang yang tak berpunya, tak mungkin bisa memberi.

Bagaimana kita ingin menjadi para pejuang Tauhid, kalau kita tak paham Tauhid itu sendiri.

Bagaimana kita ingin menjauhi syirik, sedangkan kita tak tahu hal perihalnya?!.

Maka mulailah dari dirimu. Allah Taala berfirman :

 وَٱدۡعُ إِلَىٰ رَبِّكَۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ ‏

serulah (manusia) agar (beriman) kepada Tuhanmu, dan janganlah engkau termasuk orang-orang musyrik. [Surat Al-Qashash: 87]

 قُلۡ إِنَّمَاۤ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ وَلَاۤ أُشۡرِكَ بِهِۦۤۚ إِلَیۡهِ أَدۡعُوا۟ وَإِلَیۡهِ مَـَٔابِ

Katakanlah, “Aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.” [Surat Ar-Ra'd: 36]

Untuk menjadi pembela tauhid dan pejuangnya, pahami dan dalami tauhid, kemudian setelahnya serukan dan ajak manusia menuju Tauhid. 

Itu semua bisa terlaksana setelah engkau mengerahkan seluruh waktumu untuk belajar, menghafal, membaca dan mendengar. 

Jikalau seluruh ilmu ilmu ilmu yang ada, dirasa penting bagi seorang pelajar, maka ilmu tauhid adalah yang terpenting. 

Apapun spealisasi yang engkau ambil dalam proses belajarmu, tetap jadikan ilmu tauhid yang terpenting.

Khususkan waktu dan perhatianmu untuknya.


2. Jadilah Rahiim (Penyayang)

Lemah lembut adalah salah satu asas dakwah dan sebab terbesar dakwah itu muncul. Artinya, satu perasaan yang mendorong seseorang untuk berdakwah, adalah kasih sayangnya kepada saudaranya, ia ingin mereka selamat dari azab, dan masuk ke dalam surganya Allah.

Seorang Da'i Tauhid, penyeru kepada Tauhid, hendaklah meletakkan hadis اللهم اهد دوسا وائت بهم "Ya Allah berilah hidayah kepada Qabilah Daus"- disaat qabilah tersebut menolak dakwah Nabi shallalllahu alaihi wasallam- di depan matanya. ‏Jadikan ia sebagai moto dakwah, bahwa doa nabi kepada para penentang adalah agar mereka diberi hidayah.

Rasa kasih sayang inilah yang harus ada pada setiap diri kita agar menjadi seorang penyeru kepada Tauhid. 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika mengutus duta duta tauhid ke negri yaman, beliau menyampaikan pesan -sebagaimana dalam shahihain- : بشرا ولا تنفرا "Berikan kabar gembira dan jangan buat mereka menjauh".

Rasa kasih sayang inilah yang akan mendorong seseorang berlemah lembut dengan audience yang akan ia ajak kepada Tauhid, bersemangat dalam memberikan kebaikan kebaikn dan hidayah kepada orang tersebut.

Dakwah ini bukan sesuatu yang engkau bawa diatas pundakmu, lalu kemudian engkau lempar lepaskan agar engkau dapat beristirahat darinya. Dakwh tidak sesederhana itu. Ia adalah perjuangan, perhatian, serta keinginan kuat agar Allah berikan hidayah kepada orang yang sedang didakwahi, walaupun itu penentang bahkan orang kafir sekalipun. Tetap harus ada kasih sayang dan dengan perasaan inilah seseroang itu beregerak berdakwah.

Bagaimana seharusnya seorang muslim melihat kepada orang yang berseberangan dengannya?

Ahli ilmu sduah menetapkan bahwa dalam memandang orang yang beselisih dengan dakwah Tauhid, terdapat dua pandangan :

Pertama : Melihatnya dengan kaca mata syariat. Sehingga para penentang ini mendapatkan apa yang berhak untuk mereka dari rasa cinta, benci, peringatan dan ancaman, dsb. Hal itu didasari dengan fakta bahwa tali keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.

Kedua : Melihatnya dengan kaca mata takdir. Sehingga orang orang yang menentang ini tetap disikapi dengan kasih sayang, sebgaimana penjelasan Syaikhul Islam di akhir Al Hamwiyah, beliau katakan : Ketika engkau melihat mereka dengan kaca mata Qadar (mereka ini penuh dengan kebingungan, syaithan juga menguasai mereka), engkau harusnya mengasihani mereka, berlemah lembut kepada mereka. Orang orang ini diberikan kecerdasan tapi tidak diberikan kejernihan dalam berpikir. Mereka diberikan pemahaman, namun tidak diberikan ilmu yang bermanfaat. Jika demikian keadaan mereka, maka berusahalah untuk membeikan manfaat kepada mereka semampumu.


3. Jadilah hakiim

Dalam dakwah, seseorang harus punya kebijaksanaan dalam bersikap, harus punya kecerdasan dalam berdakwah, dan ini merupakan satu perkara yang luas cakupannya. Karena ketidak bijaksanaan dalam berdakwah atau ketiadaan lemah lembut, akan membawa kerusakan dalam dunia Dakwah, mafsadah yg akan terjadi lebih besar dibandingkan mashlahahnya.

Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda :

"Tidaklah kelemah lembutan ada pada sesuatu, melainkan ia akan menambah keindahan pada sesuatu tersebut. Dan tidaklah rasa lemah lembut itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan merusak keindagan sesuatu tersebut" (HR. Muslim no. 2594. Hadis dari Aisyah Radhiyallahu anha)

Siapa saja yang bisa bersikap bijak dan lemah lembut, maka ia telah diberikan kebaikan oleh Allah taala. Sebaliknya, siapa yang tidak bisa bersikap demikian maka ia telah dihalangi dari banyak kebaikan.

Diantara bentuk hikmah dan bijaksana dalam berdakwah; adalah ketika engkau menggunakan kata kata yang mudah dipahami, menggunakan bahasa yang dimengerti, juga menggunakan diksi yang bernada mengajak, bukan diksi yang membuat orang lari dari dakwah.

Termasuk dalam hikmah ketika berdakwah, ketika seorang Dai memperhatikan keadaan pendengarnya, kemudian berbicara di hadapan mereka sesuai dengan keadaan mereka.

Ketika engkau berdakwah, jangan kau kira jalan yg ada dihadapan mu senantiasa mulus, atau orang orang akan menerima dakwahmu dengan mudah, ketika engkau mendakwahkan Tauhid.

Justru sebaliknya, di jalan dakwah pasti ada hambatan, rintangan dan kerikil kerikil yang akan mengganggu jalan dakwahmu. Dengan semua hambatan tersebut, engkau akan tahu siapa yang dekat denganmu, siapa yang menyokong dakwahmu, dan siapa yang justru memusuhi dakwah tersebut. Maka, berikan setiap individu tersebut hak hak mereka.

Diantara bentuk hikmah dalam berdakwah; adalah engkau memilih cara terbaik agar dakwah tersebut tersebar. Seperti; pemilihan judul yang memikat hati, atau membagikan tulisan tulisan yang terbaik secara gratis, dsb. 

Coba seluruh cara yang dapat memudahkan tersampainya dakwah ini di tengah tengah manusia, selama cara tersebut tidak melanggar syariat.

Ajarkan kepada manusia tentang Tauhid dengan berbagai cara. Bisa dengan menceritakan kisah kisah para Nabi, atau sirah perjalanan Nabi Shallallahu alaihi wasallam, atau kisah para salaf. 

Setelah itu, yakinlah, selama Tauhid ada di pikiranmu, dan engkau tersibukkan dengan Tauhid, dengan izin Allah taufik Allah akan senantiasa menyertaimu.

Allah taala berfirman :

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ (٦٩)  

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.

Pada Akhirnya, untuk setiap pejuang Tauhid, jadilah bijak dan penuh hikmah dalam berdakwah.


4. Jadilah Kariim.

Kariim dalam makna lapang dada, mulia, dermawan (Pent,-).

Mengapa demikian? Karena dakwah ini tak cocok kecuali untuk orang yang paham tanggung jawabnya, serta paham akan kemuliaan dakwah tersebut. 

Atas dasar tersebut, ia akan mengerahkan seluruh kekuatannya, waktunya, dan hartanya untuk di jalan dakwah Tauhid.

Adapun mereka yang tak paham, kemudian hanya setengah setengah dalam berdakwah, "nanti aja deh setelah aku selesai ngurus keluarga dan anak anak", "ntar dulu deh, kalau udh senggang waktunya". Orang orang yang seperti ini, kalaupun memberi manfaat, maka manfaatnya sedikit.

Dakwah Tauhid ini saudaraku, butuh pada pengorbanan. Butuh pada kedermanawanan dalam segala sesuatu; pada waktumu, pada juangmu, pada waktu rehatmu, bahkan pada seluruh hidupmu.

Dengan cara inilah engkau dapat menjadi pejuang Tauhid yang sebenarnya, yaitu dengan menjadi Kariiim. 


5. Yang kelima, dan Terakhir : Jadilah Saliim, yang sehat dan selamat hatinya.

Allah ta'ala berfirman : 

إِذۡ جَآءَ رَبَّهُۥ بِقَلۡبٖ سَلِيمٍ (٨٤)  

(Ingatlah) ketika dia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci,

Ialah Ibrahim, pemimpinnya orang orang yang bertauhid, penyeru kepada tauhid, sosok yang Allah perintahkan setiap hambanya untuk meneladani jalan hidupnya, yakni jalan keikhlasan dalam setiap gerak gerik kehidupan.

Saudaraku, sangat sulit dibayangkan, seorang penyeru kepada Tauhid, akan tetapi dihatinya masih bercokol kesyirikan, seorang penyeru kepada tauhid, tapi riya, sungguh dua hal yang rasanya mengherankan jika bersatu dalam satu hati.

Jika engkau adalah seorang Dai tauhid, mulailah dengan membersihkan niat dan memperbaiki hati. Ajaklah manusia menuju Allah, jangan ajak kepada dirimu sendiri. Allah ta'ala berfirman : 

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ

Katakanlah (Muhammad), "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah  

(Yusuf : 108)

Sering seringlah berhenti dan merenungi ayat ini. Hati-hati dengan keinginan keinginan diri sendiri. Hati-hati dengan hasad. 

Maksud dakwah ini adalah agar manusia mendapatkan hidayah, agar mereka sampai kepada kebenaran, bukan untuk menunjukkan diri sendiri, bukan untuk mendapatkan penghormatan dari orang orang, bukan pula untuk dipanggil Syaikh, ustaz, da'i. Hati-hatilah!.

Maksud dan tujuan dakwah ini, adalah agar manusia mendapatkan hidayah, entah itu melalui perantaramu atau melalui saudaramu. Jangan pedulikan itu. Yang penting maksud dari dakwah itu tercapai, hidayah itu sampai. Tak peduli engkau dikenal orang ataupun tidak, dakwahmu harus tetap jalan, bahkan ketika tidak dikenal, engkau lebih bahagia. 

Jangan tamak dan haus popularitas, jangan haus penggemar. Kamu itu Da'i Tauhid, hatimu harusnya bersih dan selamat dari hal hal demikian. Hatimu harusnya senantiasa bergantung kepada Allah, mengharap wajah Allah. 

Dengan demikian, dakwahmu atas izin Allah akan membuahkan hasilnya.

Selanjutnya, ketika hatimu sudah bersih dan selamat dari keinginan keinginan nafsu duniawi, engkau akan menjadi pemersatu bukan pemecah belah.

Para pendakwah kepada Tauhid, haruslah bersatu padu diatas Tauhid itu sendiri. Mereka harus paham bahwa perpecahan diantara mereka adalah kekuatan untuk musuh musuh mereka, bahwa perselesihan diantara mereka  adalah gerbang kelemahan dakwah itu sendiri. Allah ta'ala berfirman menjelaskan keaadan tersebut : 

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ  

dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang (Al-Anfal : 46)

Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Muadz dan Abu Musa ke Negri Yaman, Beliau berpesan kepada mereka berdua : "kalian berdua, harus saling tolong menolong, jangan pernah berselisih". Perselisihan itu buruk. Peritikaian yang terjadi dianatara dua orang atau kaum adalah salah satu sebab terpecahnya keutuhan beragama mereka. Maka waspadalah.

Jadi, Untuk setiap penyeru kepada Tauhid, hendaklah ia bertaqwa kepada allah dalam setiap dakwahnya. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam mengurusi urusan kaum muslimin.

Sungguh aneh, disaat banyaknya serangan serangan kepada dakwah sunnah dan Tauhid, malah kita dapati sebagian Da'i berada dalam perselisihan yang besar dan perpecahan yang terjadi antara sesama dai kepada tauhid yang dimana mereka sepakat dalam permasalahan tauhid dan mengikuti sunnah dan senantiasa bersama manhaj salaf sholeh, namun sangat disayangkan yang terjadi malah perselisihan yang begitu menyayat hati. Ketika perselisihan dan perpecahan merupakan perkara yang harus diselesaikan pada kondisi yang aman terkendali, lantas bagaimana dengan masa-masa ini (yang kondisinya tidak aman terkendali)? Kita sangat butuh untuk senantiasa menyatukan hati, saling menyayangi, dan tolong-menolong dalam kebaikan, musuh itu sudah berada di hadapan kita dan engkau masih saja menyerang saudaramu? Wahai hamba Allah hendaknya engkau bertakwa kepadaNya.

------------

Selesai diterjemahkan di kuliah Akidah dan Dakwah UIM. 

Pada bulan Januari 2024. oleh : Abu Hatim Huzaifah Ali Akbar.

Post a Comment

0 Comments