MENULIS KARENA ?

Dahulu, ketika masih nyantren di pesantren, intensitas menulis saya tak semalas sekarang, tiap hari mesti ada aja yang ditulis. hingga pada akhir hari di pesantren, terkumpul lebih dari jamak buku harian. isinya macam macam, entah sekedar bercerita tentang hari, atau mengaduh pada hati, bahkan sumpah serapah pada rekan pun ada didalamnya, hehehe.

Dahulu juga, motivasi menulis saya cuma satu, 'ndak ada kerjaan'. iya, terlebih di siang bolong. alih alih mencuci pakaian seminggu, santai santai diatas kasur melepas lelah sering mejadi pilihan. sering membaca nove novel berbau sastra juga mejadi pemecut tersendri untuk saya, contohnya : kala itu saya masih duduk di kelas 5 ( 2 sma) , pesantren kami yang baru dua tahun bermigrasi dari kota ke tengah hutan belantara masih minim pengawasan dari para asatidz, yang ada hanya senior yang kalo siang hari entah kemana. kala itu, penyebaran buku buku umum sejenis novel dan komik masih mudah tak seperti sekarang (menurut tuturan junior kini). tersebutlah sebuah novel yang entah milik siapa namun sudah berkelailing dari satu tangan ketangan yang lain, sudah menajdi adat memang (ya walaupun memang buruk) apapun dari jenis barang asing yang dibawa ke pesantren tak akan kemabali pada pemiliknya.

Adalah 'negri 5 menara' judul novel itu, sebuah karya tulis anak minang tentang perjalana nyantrinya di sebuah pesantren di tanah jawa. membaca novel itu sering kali membuat saya tesrenyum, banyak kesamaan yang ada pada cerita tersebut dengan keadana saya saat itu.

negri lima menara merupakan salah satu pemecut semagat menulis saya selama di pesantren, saya pernah membuat novel ala ala dalam sebuah buku tulis paperline, saya juga pernah menulis sajak sajak manis ala santri dalam senuah buku agenda tebal walau tak sampai setangah buku tersebut. oh ya, saya lupa, untuk sajak ala ala itu saya terinspirasi dari buku yang kala itu juga sampai ke saya secara tak diundang, tiba tiba ada saja di ranjang saya. saya lupa judulnya, yang pasti isi di dalam novel tersebut penuh dnegan rangkaian kata kata manis. tapi saya ingat pemilik buku itu. pemiliknya adalah  rekan seranjang saya (eh maksudnya berdampingan ) seorang pria cerdas nan tampan, juga sholeh ndak ketulungan. namanya fahrezi muharozzaq, remaja asal tepian kandis. kalian tahu kandis ? itu lho, sebuah daerah di kabupaten siak ? kalian tau siak ? itu lho sebuah kabupaten di sebuah provinsi yang beribukota sebuah kota yang menajdi sebuah dari salah satu kota penerima peghargaan adityawarman, eh adipura maksudnya. tau kan dengan itu ?

kertas kertas kacau dari nyantrend kala itu, terlihat ubk magazine, majalah ala ala yang laku keras
 kala itu

paperline yang dimaksud

begitulah, alek alek nulis saya di masa nyantrend banyak sekali halnya. seperti saya yang terlalu mudah terprovokasi (positif doong) , begitu jatuh hati pada satu buku, khayal saya berangan untuk mencipta yang semisalnya.

sepeninggal saya meninggalkan pesantren, semangat menulis apapun itu berubah menjadi menulis apa?

adalah jatuh hati yang menjadi pelecut kedua pada semangat menulis saya. sajak sajak salah diksi juga puisi amburadul banyak tercipta  pada masa itu, sekarang saja saya masih sering tertawa ketika membaca catatan lama itu ''hebat sekali saya kala itu, menulis puisi yang tak bertuan, tak juga bertujuan,'' jomblo..oh..jomblo.

hujan baru turun, cangkir teh belum lagi terseduh, sudah dulu cerita ceritanya..jika suka yang begini, boleh lah jejak jejak di kolom komentar di bawah.

terima kasih sudah mengklik vidio ini, jangan lupa subscribe karna subcribe itu gratiiiiiis. eh.

wassalam.

Post a Comment

0 Comments