AKHIR PERJALANAN

maka, pada akhirnya..nilai yang menjadi barometer adalah nilai akhir.
tak peduli sehebat apapun kita dalam hidup, yang penting akhir perjalaan kita baik.

khutbah pertama 

الْحَمْدُ لِلَّهِ (نَحْمَدُهُوَ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا (وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا) مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ (وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ) وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ) (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ) ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ) أَمَّا بَعْدُ

Ikhwani fiddin. Hari ini kisa bersama kisah perjalanan anak manusia, sebuah kisah tentang seorang lelaki yang berakhir kebahagiaan dan kemenangan, juga  tentang seorang lelaki yang berakhir dengan kerugian dan kesengsaraan.

Lelaki pertama adalah seorang bernama ushairim amru bin tsabit, seorang dari qabilah bani aasyhal yang merupakan golongan anshar, ia merupakan seorang yang paling benci terhadap dakwah islam dan bahkan ia sangat memusuhi kaum muslimin. Hingga pada satu waktu, ketika manusia keluar untuk perang uhud, Allah bukakan hatinya untuk keimanan, dimasukkan lan pada hati tersebut hidayah dan rasa cinta terhadap islam. Ia masuk islam dan keluar ikut berperang hingga terluka parah di medah jihad tersebut. Di akhir peperangan, di saat orang orang memeriksa siapa saja korban dari pihaknya, para sahabat menemukan sosok ushairim berada di antara gelimpangan darah, terluka di sana sini. Mereka bertanya “ wahai ushairim, apa yang menajdikanmu terjun ke medan pertempuran ini ? apakah untuk membela kaummu? Atau karena islam?” lantas pahlawan kita ini menjawab “karena islam, aku beriman kepada Allah dan rasulnya”.  Kemudian ia meminta untuk disampaiakan salamnya kepada rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Setelah itu, ia menghembuskan nafasnya yang terkahir, dan wafat sebagai salah satu dari 70 syuhada peperangan uhud.
Allahu akbar, sungguh akhir perjalanan yang  membahagiakan, siapa sangka? Seorang ushairim yang terkenal permusuhannya terhadap islam dan kaum muslimin, berakhir  di medan jihad. Membela rasa cintanya terhadap islam dan rasul. Hingga ia wafat dengan tanpa amalan. Ia belum pernah melaksanakan sholat, bahkan duduk bermajlis dengan rasulullah dalam keadaan islam pun, ia belum pernah. Sungguh kemuliaan hidayah yang diberikan Allah kepada siapa pun yang ia kehendaki.

Kisah lainnya tentang seorang yang mengakhiri perjalanannya dengan kerugian, mari kita biarkan seorang sahl bis saad radhiyallahu ta’ala ‘anhu menceritakannya kepada kita, sebagaimana diriwayatkan oleh al imam Al Bukhori dan Muslim dalam kitab sohih mereka : beliau radhiyallahu ta’ala ‘anhu berkata : “suatu ketika, Rasululah shalallahu ‘alaihi wasalam kelaur menemui kaum musyrikin, berperang. Dan diantara para sahabatnya ada seorang lelaki, yang tidaklah ada sebuah celah dari barisan musuh kecuali ia akan masuk ke dalamnya, tidak ada pula seorang musyrik yang berhadapan denganya, kecuali ia tebas dengan pedangnya. Sampai sampai para sahabt yang lain takjub dengan kehebatan lelaki ini. Sebagian dari mereka mengatakan “taka da yang lebih hebat dan pemberani dalam peperang kali ini, kecuali fulan” (ia adalah man of the war,bintangnya perang ini) namun, Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam, ketika mendengar beberapa sahabatnya memuji kehebatan lelaki ini, ia bersabda : “siapa yag ingin melihat seorang penghuni neraka, lihatlah orang ini, ia merupakan penghunni neraka”  (sontak, ketika mendengar vonis dari Rasulullah shalallahu’alahi wasalam terhadap lelaki ini, para sahabat bertanya Tanya, orang segagah perkasa ini dalam berjuang untuk islam, divonis neraka oleh rasulullah? Ada apa dengan lelalki ini?) salah seorang dari mereka berinisiatif untuk mengikuti apa yang terjadi pada lelaki ini.(perang kembali berkecamuk, lelaki ini menyerang dan menghabisi setiap musuh yang ada di depannya) hingga ia pun terluka dengan luka yang cukup parah, (ia tak bisa bersabar) sampai ia lebih memilih untuk mempercepat kematiannya (ia bunuh diri) ia letakkan pangkal pedangnya di tanah, dan ujung pedangnya ia letakkan di dadanya, kemudian ia menjatughkan dirinya hingga tembuslah pedang tersebut ke sisi lain dari badannya. (ia mati).

Seusai perang, pria yang tadinya mengikuti lelaki tersebut datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata : aku bersaksi bahwa engkau merupakan utusan  Allah. Raulullah bertanya : ada apa dengan mu? Lantas pria terbut menceritakan tenang akhir kehidupan lelaki yang gagah berani tadi. Maka, rasalullah shalalalhu ‘alaihi wasallam menimpali “ sungguh ada seorang yang senantiasa mengerjakan amalan yang di hadapan manusia merupakan amalan penghuni surga, padahal ia merupakan seorang penghuni neraka. Sebaliknya, ada seorang yang mengerjakan amalan amalan, yang di hadapan manusia merupakan amalan penghuni neraka, padahal ia merupakan penghuni surge, sungguh,nilai sebuah amalan itu, tergantung pada akhirnya.”

Naudzubillahi min suul khatimah, kita berlindung kepada ALLAH dari akhir perjaan yang buruk.
Ikhwani fiddin,  kisah perjalanan anak manusia, di mulai dari awal penciptaan hingga kelak akhir kehidupan, sudahlah termaktub didalam surat taqdir yang kita sebut lauhul mahfuz. Segala apa yang terjadi padda diri setiap anak adam, gerak geriknya, rizkinya, ajalnya, sudah ditulis bahkan jauh seblum penciptaan langit dan bumi.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalamm bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al imam musli, at tirmidzi juga ahmad dalam musnandnya, dari sahabat yang mulia Abdullah bin amr bin ash, bahwasanya rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya Allah sudah menentukan takdir setiap makhluknya 500 ribu tahun sbelum penciptaan langit dan bumi”

Maka, tentang akhir perjalanan, siapa yang mengetethaui. “dan tidak ada satu jiwapun yang tahu di mana ia akan diwafatkan”

Ibadalallah, siapa yang tak kenal dengan abu sufyan. Punggawa kaum quraisy serta pemimpinnya. Ia telah memimpin sekian judul peperangan dalam membela lata dan uzza. Namun, kita semua tau akhir kehidupannya. Ia menjadi mulia dengan islam. Ia merupakan mertua nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Wafat dengan menyandang predikat sahabat nabi, dari musuh Allah menjadi sahabat Rasulullah. siapa pula yang ragu tentang surge untuk mereka?.

atau, kita pasti kenal dengan sosok ibnul khattab, pejuang quraisy yang amat ditakuti, yang pada saat itu keluar menenteng pedang yang terhunus berjalan dnegan amarah yang sudah ke ubun ubun. Kemudian ditanya “kemana engkau hendak pergi wahai umar?” ia menjawab “menuju Muhammad, aku ingin membunuhnya.” Allahu akbar. Namun, Kita semua tahu akhir perjalanannya. Ia Menjadi sahabat yang dijamin surge oleh Allah, menjadi orang yang paling depan membela rasulullah. Ia wafat di mihrab nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Di saat pagi menjelang setelah ditikam oleh seorang iblis berwujud manusia. Abu luluah al majusi laknatullah alaihi.

Ibadallah, akhir perjalanan yang penuh dnegan ketidak pastian. Suatu ketika sufyan ats tasuri menagis semalaman. Ketika pagi ia ditanya “apakah tangismu sepanjang malam tadi adalah karena takut akan dosa?” ia menjawab “dosa itu lebih ringan dari apa yang aku tangisi, aku menangis Karena takut suul khatimah, akhir perjalanan yang buruk”. Ya allah… dimana kita dari rasa takut tersebut. Al imam ibnul qayyim rahimahullah ketika mengomentari kisah menangisnya sufyan tadi mengatakan : “perbuatan seperti yang dilakukan sufyan ini, merupakan bentuk ketajaman ilmunya. Ia takut dosa dosanya membuat ia terhina di detik detik akhir kehidupannya. Ia takut dosa dosanya menjadi penghalang dia dari husnul khatimah”
Malik bin dinar, pernah terjaga semalam suntuk, mencengkram jenggotnya sambil berkata “pendudk surge dan neraka sudah diketahua, aduhai..dimana kiranya malik ?”

Lalu, dimana kita dibanding sufyan ats tsauri dan malik bin dinar ??


khutbah kedua

Amma ba’du.
Ikhwati fillah, kiranya, apa sebab seorang anak adam mengahkiri perjalanannya dengan buruk? Apa pula sebab seorang anak adam dapat mengakhiri perjalanan kehidupannya di dunia ini dengan baik?

Mari, kita kembali pada kisah tentang lelaki yang gagah perkasa lagi berani tadi. Setelah sahabat yang mengikuti pria ini bercerita tentang akhir menggenaskan pria gagah ini. Rasulullah shalalllahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sungguh ada seorang yang senantiasa mengerjakan amalan yang di hadapan manusia merupakan amalan penghuni surga, padahal ia merupakan seorang penghuni neraka. Sebaliknya, ada seorang yang mengerjakan amalan amalan, yang di hadapan manusia merupakan amalan penghuni neraka, padahal ia merupakan penghuni surge, sungguh,nilai sebuah amalan itu, tergantung pada akhirnya.”

Fiima yabdu linnas.Yang tampak pada manusia. Orang ini ketika berperang menampakkan dirinya sebagai pejuang islam, yang cinta terhadap islam dan rasulnya. Namun siapa yang tahu isi hati manusia? Bias jadi ada amalan hati yang buruk di hati orang ini, bias jadi ia riya, ingin dipandang hebat diaklangan kaummnya. Bias jadi ia tidak tulus dalam berjihad. Namun sebaliknya, kita lihat kisah kisah anak adam yang berakhir bahagia, padahal umurnya banyak ia habiskan dengan kekufuran, dengan perlawanan terhadap islam namun di hati mereka ada sedikit kebaikan. Yang kapan saja Allah berkehendak, ia akan tampakkan kebaikan itu, hingga kebaikan lah yang lebih dominan di hatinya.

Para salaf menjelaskan, seperti yang dikatakan oleh al imam ibnu rajab al hanbali dalam jami’ ulum wal hikam nya : perkataan nabi fiima yabdu linnas, merupakan isyarat bahwa apa yang tersirat di bathinnya, berbanding terbalik deangan yang ia tampakkan di hadapan manusia, dan suul khatimah bisa terjadi akibat adanya amalan amalan buruk yang tak tampak di hadapan manusia. Mereka mereka yang tampak oleh manusia sebagai ahli ketaatan, bias jadi menyimpan amalan buruk yang tak tampak oleh manusia, amalan ini akan tampak di akhir kehidupannya. Maka benarlah perintah rasulullah shalalllahu ‘alaihi wasallam yang mengatakan : “jangan kalian merasa takjub dengan seseorang sampai kalian melihat seperti apa akhir perjalanan orang tersebut”

Sebaliknya, ada orang orang yang tampak di hadapan manusia beramal dengan amalan ahli neraka, namun di hati mereka ada kebaikan, ada amalan baik yang tak pernah manusia ketahui, hingga pada akhirnya Allah menjadikan amalan baik tersebut lebih dominan di akhir hayatnya. Maka jadilah ia sebagai penghuni surga. Maka, jangan cemooh saudara kita yang masih berada dalam keburukan, apa terlalu sulit untuk kita mengajak dan mendoakan ?.

Ibadallah, yang menjadi perkara ialah, dengan apa kita hendak mengakhiri perjalanan kita?
Sebagian salaf megatakan “seseorang itu, umumnya wafat diatas kebiasan yang ia bangun selama hidupnya” jadi, kebiasaan apa yang telah kita bentuk?

Ikhwani fiddin., dari kisah kisah dan penjelasan diatas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa nilai sebuah amalan tergantung pada akhirnya. Dan tidak ada yang mengetahui akhir perjalanan manusia kecuali Allah. yang menjadi barometer bukan apa yang tampak dihadapan manusia, akan tetapi yang menajdi barometer adalah apa yang ada antara kita dengan Allah. Maka jangan jumawa dengan amalan, jangan terbuai dengan penampilan. Selalu minta untuk diguhkan dam keimanan dan ketaatan dengan doa : Ya muqaliibal qulubb tsabbit qalbi 'ala diinik, wa mushorrifal quluub sharrif qalbi ila tha'athik.

*khutbah disampaikan di mesjid syaikh hamad (masjid imam asy syafii) depok, jawa barat.
pada hari jumat 20 desember 2019.


Post a Comment

0 Comments