SEDERAS HUJAN JANUARI

 10 hari terakhir januari.
Rintik pagi masih menyisa embun diantara dedaun.

Entah mengapa tangis si langit tak hendak berhenti.

Sejak malam beranjak,..angin pun tak hendak mereda..aku kira ada sedih tentang rindu di penghujung senja.

Hujan januari memang tak semelow bulan juni...tak ada romansa selaksa dalam prosa yang melingkup ruang puisi..tak ada tangis tentang semi di pelabuhan sepi....hujan januari itu deras...seperti fitnah dunia yang kian keras.


Kau tahu ? Kisah ku dengan pagi januari ? Tentang deras rintik yang jatuh diatas marapi..?


Ini sekitar 3 tahun yang lalu,diantara putaran roda dan rintik hujan malam semalam...kami melaju menembus himmah dan ghoyah..berjalan diantara rojaa' dan haywah.hingga kaki marapi menjadi dekat di kami...aroma perjuangan sudah tercium walau aspal hitam masih kelihatan.


Pagi itu,pagi selasa...rumah singgah kami bergelut dengan embun pagi..menjadikan lampu temaram menyinari...laungan adzan yang taut bertaut diantara TOA,membuat syahdu kampung di tepi bukittinggi..plan kami pagi ini adalah memulai perjalanan..ke salah satu atap sumatera barat.


perjalanan kami bermula dari kaki singgalang...dengan mengendarai mobil yang sudah kami carter untuk beberapa hari ke depan,kami berangkat...

bukittinggi di pagi buta sudah ramai dengan manusia...terutama di sekitaran passa ateh (pasar atas) di dekat jam gadang.mengingatkan kami dengan satu hadts nabi tentang mengais rizki..tentang do'a nabi untuk ummatnya yang rela bergelut dengan mentari untuk kebekahan yg disegerakan...beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda ;

بورك أمتي في بكورها

"ummatku di berkahi di waktu paginya"

mungkin tak salah jika aku deskripsikan perjalanan kala itu sebagai perjalanan merangkai kenangan..bagaimana tidak. ?..setiap sudut bukittinggi juga setiap aspal yang kami jejak kala itu,masih meninggalkan goresan di memori ingatan...aku masih ingat tentang hujan januari kala itu...


"gimana ? pos 3 masih jauh ni...tetap lanjut ?" rekan kami yang kami jadikan amir safar bertanya seolah ingin memastikan anak didiknya tak apa apa..


"masih laah....dah jauh nii.masak iya mau turun ?" rekan kami satu lagi menyahut...seperti memberi satu harapan dan semangat....seakan ia berkata.."kalau sudah mulai jangan berheni sebelum selesai.."


kalimat rekan ku kala itu...diantara semangat para newbie yang sudah kendur....mengingatkan kudengan sebuah ucapan...aku rasa itu ucapan shadiqul mashduq...


ان الله يحب عبدا اذا عمل أن يتقنه

"sesungguhnya Allah azza wa jalla menyukai seorang hamba yang ketika melakukan suatu pekerjaan ia kerjakan secara totalitas"

maka tak pantas kala itu kami untuk turun..walau gemuruh hujan terus menerjang...walau rintik air terus mengalir..dan memang begitu jadinya...setelah rekan kami berucap demikian,ada rasa sungkan untuk melihat kebawah,..toh...bau belerang sudah tercium kuat.


kala itu...diantara riuh rendah angin yang seakan memaki..diantara keluh kesah kami yag kian menjadi...kami dipaksa berhenti oleh malam...sang senja sepertinya harus menutup petang tanpa kami,setelah tangis langit menjadikan ia tenggelam di awan kelam.


malam itu...segala wacana yang sudat di list kan,hancur berantakan..kompor saja tak hendak menyala...bagaimana pula dengan ranting yang hujan januari tak ingin biarkan ia kering ?tenda kami yang seharusnya tersusun indah dengan latar langit malam bersama gemerlapnya...malah menjadi kamp pengungsian dengan segala gerutu...ada saut menyaut kalimat penyesalan yang kami dengar di bak pintu tenda yang tertutup...ada kalimat putus asa yang kami dengar di balik slepping bag yag sudah basah..."aaaah sudahlah...besok aku turun aja...lelah aku begini..kalau tau kayak gini ndak ikut aku"...begitulah kala itu...tak lagi ina oleh kami,tentag pelarangan berkata seandainya....dingin kala itu sudah menjadi selimut kami...bukan hanya selimut...kemah yang sejatinya menjadi ruang hangat buat kami...berubah menjadi sekedar tempat bernaung dari hujan januari.


keadaan ku dan rekan ku kala itu....menjadi bukti dan benarnya perintah nabi yang melarang bertanya perihal agama pada seorang mujtahid di keaadan yang semrawut...jangan memikirkan satu fatwa....untuk bertanya siapa diri ini pun sulit untuk menjawab.


Hujan januari ini masih berlanjut...derasnya masih terasa,bahkan di saat aku menulis tulisan ini..langit di luar sedang kelam...guntur sudah bergemuruh,aku rasa hujan januari ingin aku membuka sedikit catatan lama yang sudah berdebu..dan ini catan tersebut.


________________

sederas hujan januari
Bukittingi dan jakarta.


ini masih berlanjut...insya allah.

Post a Comment

4 Comments

  1. Penasaran aku cuyyy..
    Lanjutkan!.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih sudah berkunjung....ada lagi nyo insya allah....hahah

    ReplyDelete
  3. Maaasssyyaaaallaahhh...😍😍😍
    Smogaa lelahmu mnjadi gumpalan-gumpalan pahala wahai sahaabatku

    ReplyDelete