BERGURU KEPADA YANG TERPILIH


Hal kedua yang mesti dipahami seorang penunut ilmu untuk meniti jalan kesungguhan dalam belajar, selain menghafal dan menguasai mutun mutun ringkas, adalah : mengambil ilmu dari guru yang baik dan kompeten. Baik dalam artian penuh perhatian terhadap anak didiknya, dan kompeten terhadap ilmu yang diajarkannya. Sebagaimana penjelasan yang akan dijelasakan di bawah ini.

Ini merupakan hal penting, karena dengan beliaulah kita akan mengambil agama kita sebgaimana perkatan Muhammad bin sirin yang terkenal itu:

إنما هذا العلم دين, فانظروا عمن تأخذون دينكم
Seungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah kepada siapa kalian mempelajari agama kalian.

Karenanya, seorang guru haruslah memiliki dua kriteria, yaitu ;

1. Mufiid. maksudnya adalah, ia kompeten di ilmu tersebut. caranya adalah dengan berguru kepada mereka yang dikenal sebagai penuntut ilmu, dan serius meniti jalannya. mengapa demikian ? karena mereka yang serius sebagai penuntu ilmu lah yang jelas memiliki kualitas dalam ilmunya.

Asas dari point ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud sampai dengan sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi shallallahu 'alahi wasallam bersabda ;
تسمعون, ويسمع منكم, ويسمعون ممن يسمع منكم
(ilmu ini) kalian dengar, kemudia orang setelah kalian mendengar dari kalian, dan orang setelah mereka mendengar dari orang yang mendengar dari kalian"

Maksudnya adalah orang orang yang meriwayatkan ilmu adlah orang orang yang dikenal sebagai penununtut ilmu.

Walaupun hadits di atas merupakan pesan rasulullah kepada para sahabatnya, namun isi dari pesan tersebut umum utuk setiap kaum muslimin, sebagaimana kaidah yang menyatakan : "ibrahnya(yang menjadi parameter) terdapat pada isi sebuah pesan bukan kepada siapa pesan itu tersampaikan"

Karenanya, ummat ini akan senantiasa tetap berada dalam kebaikan, dan menjadi keistemawaan ummat ini, selama orang yang mendtang mengambil ilmu dari orang yang terdahulu.

Berkata Abdurrahman bin Yazid bin Jabir :

لا يؤخذ العلم إلا عمن شهد له بطلب العلم

Tidaklah pantas diambil sebuah ilmu melainkan dari orang yang dikenal jelas sebagai orang yang pernah menuntut ilmu.

Al imam Malik rahimahullah berkata :

«لا يؤخذ العلم عن أربعةٍ: سفيهٍ يُعلن السفهَ وإن كان أروى الناس، وصاحب بدعةٍ يدعو إلى هواه، ومن يكذب في حديث الناس وإن كنتُ لا أتَّهمه في الحديث، وصالحٌ عابدٌ فاضلٌ إذا كان لا يحفظ ما يحدِّث به»

Tidak diambil ilmu dari empat orang :
a. Pelaku maksiat yang terang terangan dalam maksiatnya, walaupun ia adalah seorang perawi yang amat jenius.
b. Pelaku bid'ah dan pengajak kepada hawa nafsu.
c. Pendusata dalam kesehariaannya walaupun tidak didapati berdusta dalam membawakan hadits.
d. Orang yang shalih dan mulia, tapi ia tak memiliki kapasitas dalam ilmu.

2. Naasih.
maksudnya adalah, guru tersebut mengumpulkan dua kriteria dalam dirinya.

Pertama : Ia pantas untuk dijadikan panutan dan tauladan oleh murid muridnya, baik dari segi akhlak, gerak gerik, dan pemikiran.

Syaikh Shaleh Al-Ushaimi dalam kitab beliau ini (Ta'zhimul Ilmi) menyebutkan dua perkara, apa yang bisa dijadikan patokan dalam melihat kelayakan seorang guru untuk dijadikan panutan.

a. الدال : yaitu petunjuk yang berkaitan dengan dzahiriyaah seseorang (cara berpakaian, cara berjalan...dll).
b. السمت : yaitu petunjuk yang berkaitan dengan perbuatan dan kebiasaan seseorang.

Kedua : Ia menguasai dan mengetahui cara mengajar, dan itu dapat diketahui dengan cara melihat bagaimana ia mengajar, atau dengan cara melihat, apakah ia membimbing murid muridnya kepada apa yang baik untuk mereka atau tak peduli sama sekali kepada murid muridnya.

Wallahu a'alam. Selesai secara ringkas qaidah kaidah kelima dari kitab "Khulasah Ta'zhimul Ilmi" karya syaikh Shaleh Al-Ushaimi dengan sedikit tambahan penjelasan dari majlis zoom ustadzuna Muhammad Nuzul Dzikri.


Post a Comment

0 Comments