TAK ADA ALASAN LAGI


Demi Allah saudaraku, tak ada alasan untuk sesiapapun di bulan Ramadan.

Jika ia tidak dapat unggul dengan qiyamullailnya, hendaknya ia berlomba dalam sedekah.

Jika ia tak mampu, maka berlomba dalam memperbanyak tilawah.

Jika tak mampu juga, basahilah lisan dengan dzikir.

Jika masih tak mampu, tahanlah lisan dan anggota badannya dari apa yang dapat merusak kesucian bulan suci ini.

Demi Allah saudaraku, sungguh merugi orang orang yang melewatkan bulan Ramadan tanpa kemenangan.
ألا ذلك هو الخسران المبين
Sungguh itu adalah kerugian yang nyata.

Ketahuilah saudaraku yang semoga senantiasa dijaga Allah, bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang identik dengan rahmat dan kasih sayang, bulan yang identik dengan berbagi dengan penuh kasih sayang, identik dengan akhlak yang mulia dan kedermawanan. Lalu, dimana kita diantara semua amal baik tersebut? Dimana kita di antara shodaqoh? dimana kita di antara saling berkasih sayang di antara kaum muslimin ? di mana kita dalam kemanusiaan?

Bukankah Ramadan ini adalah momentum yang paling tepat untuk itu semua?

Saudaraku, ketika kita mengetahui bahwasannya Romadhon merupakan ladang dan harta yang langka untuk seorang muslim, seharusnya kita benar-benar memaksimalkan seluruh eufort kita, seluruh usaha kita untuk meraup segala keuntungan yang ada di bulan ini. Di awal tadi sudah kita katakan, jika kita tidak bisa menang dan beruntung termasuk orang-orang yang mengerjakan dan menegakkan malam-malam Ramadan dengan qiyamul Lail setidaknya kita dapat beruntung dengan memperbanyak shodaqoh di bulan ini. Jika pun kita tidak bisa memperbanyak shodaqoh di bulan ini, kita bisa menjadi orang-orang yang terdepan dalam menghantamkan Alquran, memperbanyak membaca Alqur'an. Jika kita masih tidak bisa, setidaknya kita berusaha membasahi lisan kita dengan memuja memuji Allah Subhanahu Wa Ta'ala Mengingat Allah subhanahu wa ta'ala. Jika itupun tidak bisa kita lakukan, dan Harusnya itu menjadi pertanyaan kita Mengapa kita terhalang atas semua kebaikan itu?. Jika kita tidak bisa untuk semua itu maka cukupkan diri kita untuk menahan diri dari apa-apa yang merusak kesucian bulan mulia ini.

Bukankah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang menjadi suri tauladan kita adalah orang yang mengerjakan shalat semalam suntuk hingga kaki-kaki beliau menjadi tebal dan merasa kram?

Bukankah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang menjadi klaim Kasih Cinta Kita merupakan orang yang paling dermawan dan kedermawanan beliau menjadi gila-gilaan ketika datang bulan Ramadhan?

Bukankah beliau, yang ketika memotivasi para sahabatnya untuk senantiasa berdzikir, ketika memotivasi umatnya untuk senantiasa beristighfar, beliau mengatakan : "sungguh aku beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 100 kali"

Pertanyaan diakhir kalimat kalimat diatasa adalah : apa benar kita tulus dalam klaim cinta kita kepada beliau?

Saudaraku, bulan Ramadhan adalah ajang terbaik untuk berjuang mati matian. Ia merupakan ladang amalan yang diharapkan nantinya akan panen ganjaran. Setiap detiknya amat berharga, setiap menitnya teramat mahal, setiap jamnya amatlah langka.

Bulan ini, pintu pahala terbuka lebar. Ada pahala seperti orang yang berpuasa untuk mereka yang memberikan makan sebagai pelepas lapar orang orang yang membutuhkan. Ada pahala shalat semalam suntuk dengan mengikuti shalat tarawih berjamaah hingga imam beranjak salam. Ada pula pahala 10 kali lipat untuk setiap huruf Alquran yang dibaca. Eh..bukan hanya di bulan ini, tapi di seluruh hari apakah lagi di bulan ini.

Maka, tak ada alasan untuk siapapun dalam meraup pahala di bulan ini. Jika kita beralasan banyak urusan kantor, hari hari ini kita sungguh free, mengatur jadwal hanya dari sebilah gawai. Jika kita beralasan tak ada motivasi, apakah surga terlalu rendah untuk kita jadikan bidik sebuah misi?

Gubahan khutbah Syaikh Suud Asy-Syuraim dengan banyak penambahan.
oleh Abu Hatim Huzaifah Ali Akbar
10 Ramadan 1440.

Post a Comment

0 Comments