SEBUAH INTERMEZO




Sekilas, pilihan diksi judul di atas menggerakkan tanda tanya besar di kepala sebagian kita, bahkan di kepala kami; yang menulis kalimat kalimat ini. Dengan siapa dan kenapa hati itu dapat tertambat?

Kami mulai dari membuka sedikit ruang untuk keterbukaan dari pembaca sekalian. Mengapa demikian? Karena Anda akan mendapatkan sedikit diksi yang menggelitik dan bisa saja membuat Anda mual mabuk kepayangan. Atau, bisa saja Anda tidak satu paham dengan kami dalam masalah ini.

Jika kita berbicara tentang mencari tambatan hati, berarti kita sedang membicarakan tentang segudang kriteria yang enigmatik pada tiap individu manusia. Jika kita berada dalam lingkup pembicaraan jodoh dan menikah, berarti kita sedang masuk ke dalam ranah ibadah yang akan dilaksanakan sepanjang raga masih mengandung ruh dan jiwa. Sakral dan penuh sensitivitas.

Sebenarnya, tulisan ini merupakan intisari dari intermezo di antara majlis zoom kami beberapa hari lalu. di saat sesi tanya jawab seusai penyampaian nasehat dari guru kami - hafidzahullah - 

"wah, ini bab panjang yang jika sudah terbuka akan sulit menutupnya" jawab beliau di awal penerimaannya terhadap pertanyaan kompriot kami. 

Lalu beliau mulai bercerita, sedikit bercanda, memasukkan tips, mengajarkan trik, diselingi nasehat emas tentang rumah tangga dan belajar. 

"antum itu" kata beliau di sela pembicaraannya. "kalau mau cari pasangan nanti, ini buat yang masih single ya.. Cari yang mengerti posisi antum sebagai thalibul ilmi. Cari yang bisa mengurus rumah tanpa banyak mengaduh (bukan mengadu) kepada kita, dia yang bisa menyelesaikan hal hal kecil. Jangan yang belum siap sama sekali"

"Coba saja bayangkan" kali ini beliau mengajak sedikit menjalar. "nanti di malam antum sedang baca, tiba tiba istri antum datang "mas, ini mi goreng pakai telur dua, ini teh hangatnya, biar semangat ngulang pelajarannya" Wuussh, jangan dibayangkan dalam dalam" canda beliau sambil tertawa. 

"manja boleh, dan ini memang sifat wanita. Tapi, kalo tahapnya sudah menyita waktu antum belajar, waktu antum taqarrub kepada Allah, antum pikir pikir lagi lah" 

"akhirnya, semua kriteria, semua idaman, ada di antum masing masing. Saran ana cuma satu, jangan menjadikan pernikahan sebagai tembok antara antum dan menuntut ilmu" pungkas beliau. 

Majlis selesai. Tapi pembicaraan bab ini tak akan tertutup. 

Kami teringat bab bab lalu di banyak majlis online. Teringat nasehat syaikh Sulaiman ArRuhaily yang menyatakan "bersyukurlah jika engkau memiliki pasangan yang seorang thalibul ilmi. Ia akan paham bagaimana beratnya belajar. Hingga nanti ia akan berusaha semampu dia menyokong kegiatan engkau" 

Di akhir, kami baru ngeh, ternyata tulisan kami di atas terlalu absurd. Entah karena bahasannya tidak cukup familiar, atau karena model menulisnya yang terkesan kacau. Kami juga tidak tahu. 

Yang penting, pada siapa kiranya nanti aku akan melabuhkan hati? (diksi ini dipilih supaya nyambung sama judul saja). 

Tentunya, pada dia yang punya seragam kriteria yang sunnah ajarkan. Kami tak ingin mmebahasnya di tulisan ini. Takut terpecah fokus dengan cerita di atas.

Jika mata jelita mempesona
Tangan lentik menggelitik
Wajah rupawan menawan

Tak bisakah akhlak mulia jadi pemikat? 
Halus tutur kata jadi pengikat. 

Pada hawa yang menjaga jiwanya
Pada hawa yang menjaga hatinya
Pada hawa yang menopang ibadah
Pada hawa yang menghapus gelisah 
Pada hawa yang.....? 

Padanya aku tambatkan hati. 

Lihatlah, rangkaian kriteria Enigmatik akan hadir jika si empu punya dua kemungkinan. Ingin yang baik atau tak tahu diri. Aduhai dimana aku berdiri? 

Bagi kami, semakin tinggi kualitas diri, maka berhak pula ia berangan tinggi. Toh, 
من خطب الحسناء لم يغلها المهر. 



Post a Comment

0 Comments