Ada baiknya saya menukil tanya jawab akan bab tersebut
dalam tulisan di bawah ini :
Seorang penanya bertanya pada saya : apa dibenarkan
mensifati wabah yang kini melanda dunia(covid-19), dengan sebutan “tentara Allah”?
Maka saya jawab setelah memuja muji Allah dan
menghanturkan shalawat kepada Rasulullah; Tak benar penisbatan virus
corona sebagai salah satu dari tentara Allah, dengan beberapa alasan :
Pertama : Tidak adanya dalil yang menegaskan pensifatan
ini. Tak boleh bagi siapapun untuk mensifati sesuatu dengan sebutan tentara
atau utusan, atau apalah itu, kemudian dinisbatkan kepada dzat Allah kecuali
dengan dalil yang datang dari Alquran atau sunnah yang sohih.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وما يعلم جنود ربك إلا هو
dan tidak ada yang mengetahui tentara
Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (QS Al-Mudatsir 31)
Penggalan ayat ini merupakan bentuk penafian akan keilmuan
seseorang terhadap banyaknya tentara Allah, tentang sifat sifatnya, dan nama
namanya, kecuali apa apa yang Allah tampakkan dan kabarkan. Itupun, haruslah
dengan dukungan keabsahan dalil tersebut. Begitu juga dengan masalah ini, butuh
pada dalil dalil untuk mengatakan bahwa virus ini adalah salah satu dari
tentara Allah tabaraka wata’ala.
Kita ambil contoh; di dalam sunnah,
terdapat dalil yang menunjukkan bahwa belalang merupakan salah satu dari
tentara Allah. Akan tetapi, dalil ini dinilai kurang keabsahannya oleh pencinta
hadits nabi shalallahu ‘alahi wasallam, dan pemerhatinya. Sehingga,
keberadaaan dalil ini tidak dianggap oleh sebagian para ulama. Lalu, bagaiamana
pula dalam permasalahan yang tak ada dalilnya sama sekali.
Kedua : bentuk penisbatan ini,
merupakan salah satu bentuk penisbatan akan kemuliaan, cotoh lainnya seperti (عباد الله) Hamba Allah, (ناقة
الله) untanya Allah, (أمر الله)
perintah Allah, (عذاب الله) adzab Allah, dan
lain sebagainya. Sedangkan bentuk penisabatan seperti ini, tidak akan sah
kecuali dengan adanya dalil dalil yang sohih.
Menurut syarat itu, kita tak dapati dalil yang menerangkan
bahwa wabah dan penyakit merupakan bagian dari tentara Allah. Bahkan, dalil
dalil yang ada menunjukkan sebaliknya, wabah wabah tersebut disebutkan sebagai
adzab sebagaimana yang akan kami jelaskan.
Ketiga : kalimat ((جند الله ‘tentara Allah’ jika ditilik secara mendalam, kita hanya
mendapati dua kelompok yang benar penisbatannya sebagai ‘tentara Allah’, yaitu
para Malaikat dan Mujahidin, tentunya dengan dalil dalil yang ada. Penisbatan
‘tentara Allah’ kepada para mujahidin didasari dengan sifat sifat yang jelas
ada pada mereka yang sesuai dengan syariat, dan itu juga dikarenakan perjuangan
(jihad) yang mereka lakukan tak terlepas dari mati syahid, dan kesyahidan
merupakan bentuk pemuliaan atas mereka. Juga hasil dari kemuliaan tersebut akan
berakibat pada kemenangan yang hadir sepeninggal mereka yang adapat dirasakan
oleh orang orang yang hidup setelah mereka.
Keempat : Di dalam sohih
Al-Bukhori dituliskan bahwasanya nabi shalallahu ‘alahi wasallam
menyebut wabah Tha’un sebagai :
رجس يبتلى الله به أناس من
عباده
Adzab yang dijadikan sebagai ujian bagi sebagian hamba
hambanya.
Pun, orang orang yang wafat karena wabah
tersebut diganjari dengan pahala syahid sebagaimana tertera di banyak hadits. Seturut demikian, nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tidak
mensifati wabah ganas ini dengan sebutan ‘tentara Allah’, padahal ia telah
memakan korban lebih dari 20 ribuan sahabat dan tabi’in, hingga akhirnya Amru
binAl- Ash memerintahkan orang orang untuk naik ke atas gunung, dan memisahkan
diantara mereka. Sebagai bentuk praktek atas wasiat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan sebagai bentuk tunduk dan patuh pada
Amirul Mu’minin Umar bin Al Khattab untuk tidak keluar masuk di daerah yang
tertimpa wabah Tha’un.
Kelima :
Tha’un disifati oleh nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai azab dikarenakan ia diturunkan kepada
kaum yang durhaka. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إنَّ هذا الوَجعَ رِجسٌ وعَذابٌ -أو بَقيَّةُ عَذابٍ؛ حَبيبٌ يَشُكُّ فيه- عُذِّبَ به ناسٌ قبلَكم، فإذا كان بأرضٍ وأنتم بها، فلا
تَخرُجوا منها، وإذا سَمِعتُم به في أرضٍ، فلا تَدخُلوها
Sungguh penyakit ini merupakan salah satu
bentuk azab, dengannya diazab orang orang sebelum kalian. Jikalau dalam satu
kawasan terdapat wabah ini, dan kalian berada di dalamnya, maka jangan kalian
keluar darinya. Jika kalian mendengar suatu daerah tertimpa wabah ini, maka
jangan kalian masuki tempat tersebut.
(Al musnad no 21818)
Di sisi lain, wabah
ini merupakan rahmat bagi kaum mu’minin. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh ibunda kaum mu’minin; Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau
bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terkait Tha’un,
kemudian Rasulullah mengabarinya bahwa wabah itu merupakan azab yang Allah
kirimkan kepada siapapun yang ia kehendaki. Allah juga menjadikan wabah
tersebut sebagai rahmat untuk kaum mukminin, siapa saja yang ketika wabah
tha’un menyerang dia tetap berada di tempat tinggalnya, kemudian bersabar dan
mengharapkan pahala, ia akan mendapatkan pahala sebagai orang yang syahid (HR Bukhori 3478)
Walau demikian,
kita tetap tak bisa mensifatinya denagn tentara Allah, karena penisbatan ini
merupakan nisbat kemuliaan, bukan hanya sebagai sebab hukuman atas sesuatu atau
ganjarannya. Untuk menisbatkannya dengan nisbat kemuliaan dibutuhkan dalil
dalil yang jelas, dan itu tidak ada sama sekali.
Keenam : tidak kita
dapati apa apa yang disifati dengan (جند
الله) tentara Allah, yang
tercantum dalam dalil dalil tersebut, bertentangan satu sama lain antara bekas
yang ditinggalkan dan keutamaannya. Akan tetapi, dalil dalil tersebut saling
berkesinambungan. Antara ia menjadi penghancur orang orang yang zalim dan
durhaka dan menjadi penolong orang orang yang bertaqwa.
Sedangkan virus
corona itu lebih kepada memberikan dampak buruk saja. Ia menghabisi orang orang
tua, orang lemah dan tak berkekuatan selain juga mengahbisi orang orang yang
durhaka dan durjan tersebut.
Tentulah sifat
tentara Allah yang dikirim untuk menghabisi orang orang yang durhaka nan
durjana itu, bukan seperti ini. Dalil-dalil dari Alquran tak pernah menunjukkan
demikian. Maka, apakah cocok kita katakana bahwa virus corona ini sebagai salah
satu dari tentara Allah, sedang ia membunuh orang orang lemah, orang orang
sakit yang tak berdaya. Mengapa tidak langsung saja menghabisi orang orang kuat
yang durhaka itu?
Ketujuh : wabah ini
sangat memungkinkan bagi kita untuk mengalahkannya dan meyelesaikankan
persoalannya. Darinya, tak pantas ia disifati dengan ‘tentara Allah’ karena
‘tentara Allah’ tak akan bisa dikalahkan dan akan senantiasa menang. Allah ta’ala
berfirman :
وإن جندنا لهم الغالبون
dan Sesungguhnya tentara Kami Itulah yang pasti
menang (QS Ashshoffat 173)
Maka, berdasarkan
hal hal di atas ;
Tak dapat dielakkan
lagi, bahwa mensifati corona dengan sebutan ‘tentara Allah’ taka da dasarnya
sama sekali dalam syariat. Bahkan, secara terang terangan syariat mensifati
wabah semacamnya dengan kata azab, keburukan. Atau mungkin saja, kita
menamainya dengan sebutan ujian, atau azab, atau peringatan, atau keburukan
yang Allah jadikan sebagai peringatan untuk manusia sekalian, sebagaimana yang
dalam nash nash qurani yang teramat banyak.
Diantara dalil
dalil yang menunjukkan ia sebagai peringatan dan ancaman terhadap manusia
adalah sbegai berikut ;
وما نرسل بالأيات إلا تخويفا
tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.(QS Al-Isra 59)
ولقد أخذناهم بالعذاب فما استكانوا لربهم وما يتضرعون
dan Sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada
mereka[1015], Maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak
memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.(QS Al-Mu’minun 76)
وبلوناهم بالحسنات والسيئات لعلهم يرجعون
dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS Al-A’raf 168)
فأرسلنا عليهم الطوفان والجراد والقمل والضفادع والدم ءايات مفصلات فاستكبروا وكانوا قوما مجرمين
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak
dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan
mereka adalah kaum yang berdosa. (QS Al-A’raf 133)
ولقد أرسلنا إلى أمم من قبلك فأخذناهم بالبأساّء والضرّاّء لعلهم يتضرعون
dan Sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada
umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan
tunduk merendahkan diri.(QS
Al-An’am 42)
Dan ayat ayat yang semisal dengannya sangatlah banyak.
❓Apakah bisa kita katakan, “mungkin saja penyifatan corona dengan
‘tentara Allah’ itu hanya sebuah majas, dan bukan hakikat” ?? Pembahasan bab ini cukup panjang dan tak
sempat kita bahsa di sini.
✍Kesimpulannya adalah : Tak sepantasnya menyifati wabah corona
ataupun wabah penyakit lainnya dengan sifat ‘tentara Allah’. Sebaiknya, kita
mencukupkan diri dengan penamaannya sebagai azab, atau peringatan, atau ujian
atau sebutan lain yang semakna dengannya (semoga Allah menjaga kita darinya)
yang Allah jadikan sebagai pengingat untuk hamba hambanya akan luasnya
keagungan Rabb mereka sang maha pencipta, dan agar mereka kembali tunduk dan
mengikhlaskan seluruh peribadatan mereka hanya untuk Rabb mereka. Juga, agar
orang orang yang menisbatkan diri kepada agama ini tersadar kemudian
meninggalkan maksiat, mengedepankan akhirat, berjalan di garis Rabb dalam ta’at,
dengan petunjuk dari nabi penutup nubuwat, dan agar mereka tak berpaling
kepada gelapnya kesyirikan, kebidahan, serta khurafat.
Wallahu a’lam bis showab.
Jawaban Dr. Sami Aljunabi dalam sebuah tulisan yang kami dapatkan dari guru kami Ust. Mubarak Bamu'allim hafodzahullah.
Semoga Allah senatiasa menjaga kita dalam kesehatan dan keberkahan, menjadikan kita sebagai hambaNya yang selalu tunduk dan patuh atas perintahNya, takut akan adzabnya, dan berharap pertemuan denganNya