TETUA YANG TUA

Dan, kita memang sering begitu. Cemas dengan satu hal yang sudah termaktub, bersiap untuk sesuatu yang yang tak pasti, kemudian lalai dari apa yang diyakini. 

Pagi minggu ini ( disebut begitu karena memang ada pembeda yang jelas antara dia dan ahad), kami diberi kesempatan untuk bertatap muka dengan para tetua di keluarga besar.

Ajang yang tak pasti datangnya ini selalu berhasil membawa kami membuka ulang silsilah kerabat yang sudah lama terkubur. Banyak sekali wajah wajah yang tak pernah terlihat sama sekali. Adapula wajah yang sering terlihat, namun baru tersadar bahwa ada satu ikatan yang pernah terangkai.
Juga, ajang seperti ini selalu memaksa kami untuk selalu berjalan berkeliling, memperkenalkan diri dari satu wajah ke wajah yang lain. 

Ajang ini pula yang mendorong kami untuk ngalap berkah dari tetua, baik dari segi ilmu maupun umur.

"yang penting, keberkahan waktu dan ilmu. Dimanapun dan pada siapapun kita berguru, pada akhirnya, kaum sendiri lah yang punya hak besar untuk kita jadikan tempat kembali" ungkap bapak bersongkok hitam yang wajahnya berseliweran di layar kaca.

"termotivasi boleh, terpengaruh jangan. Akan tiba pula waktu kami akan hadir di acara saudara" kata lelaki yang duduk di sebelah kami tepat setelah kata sah berkumandang.

Benar, di banyak biduk kapal yang kami saksikan pelepasannya , sering kali hati ini berdetak lebih kencang dari biasanya. Dan selalu saja, ada yang berhasil membaca alirah darah yang menyembur ke rona merah pada muka. Yang kemudian disahut dengan kalimat kalimat seperti diatas atau semisalnya. Kami rasa anda juga begitu, kan?!

Dari sekian banyak tetua yang kami rauk keberkahan dari mujalasahnya, ada satu bapak yang di ujung percakapannya berkata "rizki itu sudah termaktub, masa depan itu tak pasti, tapi kita sering mengalahkan apa yang kita yakini hanya dengan sesuatu yang kita pun masih menerka. Dan mati itulah keyakinan itu"

Maka, skala prioritas menjadi qaidah hidup yang penting untuk situasi ini, dan banyak situasi lainnya.

Lalu, kami pun beranjak, menggenggam erat tangan para tetua, berucap terima kasih, daaaan..... Grab car kami datang. 

Post a Comment

0 Comments