SABAR HATI SADAR DIRI

"Semoga dimudahkan hingga hari itu tiba'' ucap kami menutup percakapan dengan seorang sahabat di ujung telepon.

Sabar diri, dua kata ini yang terngiang di kepala kami setelah percakapan panjang dengan sahabat kami qubail maghrib tadi. kabar cukup mengejutkan dari saudara kami ini seperti memberi angin segar bagi kami untuk terus berjuang dan mempertahankan. 

Saudara kami ini, dalam waktu tak lama dengan izin Allah akan melangsungkan pernikahan. mungkin sekitar 3 atau 4 minggu dari tulisan ini diliris. Atau bahkan sudah terlaksana ketika anda membaca ini.

Dahulu, di masa nyantri di salah satu bagian dari hutan Riau, sahabat kami yang satu ini sering berbagi cerita sebelum beranjak tidur . tentang apa saja, tentang pelajaran pagi yang terasa berat, tentang keluarganya yang begitu hangat, bahkan ia tak segan bercerita tenatng wanita wanita yang kala itu sempat singgah di hatinya atau sempat numpang di do'a do'anya. jadi jangan heran mengapa kami memberanikan diri bercerita di sini tentang dia.

Kisah perjalanannya mencari tambatan hati, memang bukan seperti kisah laila dan qais yang berjuang dalam diam. bukan pula seperti kisah romeo dan juliet yang terlalu vulgar buat seorang muslim. namun dalam kisah sahabat kami. ada kalimat kalimat yang bisa kami petik, ada hikmah yang bisa kami serap.

Dulu, sebelum wanita yang sekarang akan menjadi pendampingnya (insyaallah atau sudah ketika anda baca ini), pernah dia mengikat janji pada seorang wanita, bahkan antara dia dan ayah sang wanita sudah ada ikatan erat, antara keluarga sahabat kami dan keluarga si wanita, sudah ada kedekatan yang kalau bisa kami anggap seperti satu keluarga. namun, qaddarullah. entah karena ketika itu sahabat kami masih dalam kondisi belajar di pulau seberang, atau karena faktor lain yang kami tak ingin sebutkan di sini dari kegelisahan seorang wanita. angannya harus kandas ketika melihat nama si wanita tercetak dalam undangan. namun dengan nama pria lain yang bukan dirinya. dan itu tanpa kabar. sakit.

Begitulah, dari patah hatinya sahabat kami ini, kami bisa mengambil ibrah. bahwa kelancaran sebuah proses menuju pernikahan tidak bergantung dnegan sudah seberapa dekatnya ikatan antara dua insan yang akan mengikat janji, bukan pula dengan seberapa dekatnya keharmonisan dua keluarga. karena banyak kami dengar dari temaan teman kami yang lain, yang sudah menjadi satu kesatuan dengan wanitanya, bahwa dulu ketika bertemu dengan si wanita, tak ada kedekatan apapun antara dia dan dan wanitanya, apakah lagu dengan keluarganya. semua itu, kata mereka,, merupakan sebuah spontanitas yang begitu indah. tentunya skenario dari Sang Maha Indah. Allah.

Lalu, kisah sahabat kami ini berlanjut dengan tanpa apa apa. sahabat kami berjalan seperti pria single lainnya, sedangkan si wanita sudah bahagia dengan prianya. sampai petang ini. kami melihat pembaruan status sahabat kami mengisyaratkan satu kebahagiaan. lantas kami tanyakan akan kebenarannya, dan booom, kabar baik ini yang kami dapatkan. tak pernah kami mengira sahabat kami ini akan segera melepas beban jomblonya, padahal beberapa bulan yang lalu, kami sempat duduk bercerita tentang rencana rencana dalam sebuah wacana. 'ala kulli haal, semoga Allah mudahkan.

Tentang sebuah rencana, kami teringat kata kata indah di banyak poster poster quote berbahasa arab, bunyinya:
"kau ingin, aku ingin, dan Allah ingin apa yang ia inginkan"


Kekuatan keinginan Rabb, tak ada yang dapat mengalahkan, seberapa sudah terencananya suatu wacana, ketika Rabb belum lagi setuju dengan itu, buyarlah seluruhnya. sberapa terncana sebuah proses menuju pernikahan, namun jika Allah berkehendak lain, maka hamba hanya bisa menerima. maka, jalan terbaik untuk mengikat janji adalah, diskusikan dengan Rabb alam semesta. baik di sujud panjang sholat malam, maupun di dahaga siang saat puasa mengikuti tuntunan.

Kami juga punya rekan yang lain, yang hingga kini tak kunjung kami dapati kabar bahagianya dengan wanitanya, padahal setahu kami, proses saling mengenal mereka sudah lama terjalin, walaupun acap kali putus nyambung. biasalah, belum ada keberanian. begitupun dengan teamn kami yang satu lagi. banyak sudah tawaran dari wali wali wanita yang ingin dia menjadi menantunya, namun, entah karena teman ini yang tak hendak atau memang tak tertarik sama sekali. entahlah.

Macam macam model teman kami ini lah yang selalu membawa kami pada satu kesimpulan. bahwa pernikahan bukan hanya tentang siapa yang cepat dan siapa yang dekat, tapi seberapa kesabara hati untuk terus menata diri deangn mndekat pada Rabb yang menggenggam sleuruh hati hati manusia. bisa jadi yang dulunya sudah dekat, malah tak lagi bersahabat karena terlalu awal memikat. bisa jadi yang tadinya tak mengenal, menjadi buah cinta yang kekal. semua tergantung bagaimana ketergantungan hati ini pada Pmiliknya. namun, satu hadits yang masih terus kami pegang tentang dau insan yang saling mencinta;

لم يرى للمتحابين مثل انكاح
"tak ada sesuatu yang paling indah untuk dua orang yang saling mencintai kecuali menikah"

Sabarkan hati, jangan mengikat terlalu awal, kedekatan tak menjamin penyatuan. namun penyatuan tak bisa lepas dari kedekatan. kata sahabat kami menasehati.

Selesai, air madu kami sudah habis, perlu kami order kembali di @maduyaman.

OH ya..tentang janji janji sebelum akad bisa lihat pembahasan kami di ;


Terima kasih, semoga Allah mudahkan.

Post a Comment

0 Comments