SETIA KEPADA PASANGAN? BAIKKAH?

 
Jadi begini, salah seorang teman bertanya pada saya lewat salah satu sosial media, “Mengapa saya bisa begitu kuat bertahan atas rasa cinta saya kepada seseorang, sudah berlalu tahunan, tapi hati saya masih setia, sulit untuk berpaling, apakah ini tanda kebaikan?

Baiklah, saya coba jawab.

Pertama, apakah Anda sudah menikah?

Kalo jawabannya adalah sudah, maka semoga itu adalah pertanda kebaikan, dan jawaban selesai.

Kalau jawabannya adalah belum, maka ini yang patut kita cermati.

Syaithan itu teman, adlaah makhluk Allah yang memiliki seribu satu cara untuk menyesatkan ummat manusia. Termasuk salah satu caranya, menjatuhkan seseorang kepada sebuah hubungan cinta yang terlarang.

Mengapa saya katakan terlarang? Teman pikir saja sendiri, jika dua insan yang berbeda gender dipertemukan dan disatukan oleh satu perasaan, namun tak terikat dengan ikatan pernikahan, apa ada yang menjamin mereka bisa menjaga jarak sebagaimana perintah agama? saya rasa tidak.

Tidak pun berduaan di alam nyata, mereka sangat bisa berduaan di alam maya. Chattingan, telponan, bahkan Vidio callan. Berbagi cerita, berbagi rasa, berbagi duka. Aduhaai, akan terasa hebat rasanya.

Dan memang itulah tugas syaithan, teman, mempertahankan sebuah hubungan yang menyelisihi syariat islam yang hanif ini. Membuat seolah hubungan tersebut adlah hal wajar antar anak manusia, padahal nyatanya melanggar larangan Rabb penciptanya.

Rasa “setia” yang ada pada keadaan tersebut, kalau tidak pantas kita namakan dusta, maka kata tipuan sangat pantas untuknya.

Juga, rasa demikian, sebenarnya punya pengaruh cuku besar nantinya, bagaimana itu?

Ketika seseorang sudah jatuh hati kepada lawan jenisnya, kemudian berlalu tahun demi tahun, dan hatinya tak pernah dipalingkan ke lain orang, maka sangat besar kemungkinan adanya penyakit ‘isyq di sana. Dan tentu itu bukan sebuah kebaikan.

‘isyq ini teman-teman, dapat menutup orang dari banyak kebaikan. Bisa dengan tertutupnya ia untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik, namun karena hatinya tadi sudah tertaut, apa mau dikata, harus dia yang kelak menjadi pasangan hidupnya.

Oh ya, satu lagi. Rasa “setia” yang dalam keadaan begini ini, sangat rentan diselubungi modal-mdoal dusta. Betapa banyak wanita yang terpedaya satu pria, kemudian jatuh hati, tak dapat berpindah ke lain hati, lalu akhirnya tersiksa dimakan rasa setia itu sendiri. karena ternyata pria yang ia cintai, tidak hanya bermesra dengan dia seorang, tapi dengan banyak wanita. Semoga seluruh teman-teman dijauhi dari segal bentuk makar ini.

Teman-teman yang semoga senantiasa dikuatkan rasa cintanya kepada Allah. Urusan jatuh cinta sebelum menikah ini, sebenarnya urusan yang cukup rumit. Bukan bermakna bahwa agama ini mengharamkan rasa cinta tersebut, namun ketika rasa cinta, rasa kagum itu seudah berlebihan, sehingga menjadikan mata ini gelap dari melihat hal-perihalnya, maka tentu ini akan menjadi musibah besar kelak.

Dua insan yang salinng bertaut dengan ras setia ini, siapa yang akan menjamin kelak jika mereka menikah, rasa setia itu akan tetap ada? kecuali degan rahmat Allah.

Ketika seorang sudah berada di fase rumah tangga, sudah berstatus sebagai suami dan istri, maka tugas syaithan akan berubah. Dari yang tadinya melanggengkan sebuah hubungan yang tidak benar, menjadi merusak sebuah hubungan yang suci.

Maka, teman-teman. Jangan tergiur kata setia sebelum janji akad itu terucap. Apa yang begitu indah di hari sebelum pernikahan, itu semua ada andil syaithan di dalamnya.

Maka wasapadalah para wanita, maka berhatilah dalam berucap wahai pria.

Semoga Allah mengampuni dosa siapa saja yang pernah masuk dalam fase tersebut, Dan semoga Allah melanggengkan hubungan mereka yang sudah sah menikah, yang sudah keluar dari fase mengerikan tersebut.

Akhir kata, Tak ada setia sebelum KUA.

Post a Comment

0 Comments