MENGAPA BACAAN SAYA TAK MEMBEKAS?

Suka Membaca Tapi..

Terkadang kita bergumam. Saya sebenarnya suka membaca buku, tapi tidak banyak memetik faedah dari buku yang saya baca. Atau saya sebenarnya ingin menjadi pembaca, tetapi setiap kali membaca buku, seakan-akan isi maklumat buku tersebut menguap begitu saja ke udara, tidak bertahan di ingatan, selalu lupa. Apalagi buku-buku yang tebal. Mengapa ini bisa terjadi? Apakah saya termasuk bukan tipe pembaca yang baik?

Sangat penting kita ketahui, di sana banyak pembaca, bahkan mayoritas pembaca, pun mengalami hal ini, yaitu maklumat yang menguap dari ingatan. Karena bagaimanapun juga, membaca tidak sama dengan menghafal. Jika ada orang hafal dengan sekali baca dan melekat kuat di ingatannya, maka mereka adalah orang spesial. Jadi problem ini bukan karena ingatan kita lemah atau semisalnya. Jangankan membaca, orang menghafal juga bisa lupa!

Sebenarnya ada banyak solusi untuk mengatasi lupa setelah membaca, baik teori maupun hasil pengalaman. Walaupun tidak seratus persen, tetapi setidaknya mengurangi masalah di atas. Kita akan menyebutkan dua di antaranya.

Cara Pertama :

Kita ambil buku lalu kita baca buku tersebut sementara di tangan kita ada pena atau pensil. Kita letakkan garis bawah setiap kali menemukan ilmu atau maklumat baru. Jika tidak suka garis bawah, bisa dengan tanda kurung.

Setelah tamat membaca, dengan garis bawah atau tanda kurung di atas. Apakah pekerjaan kita sudah selesai? Tentu saja belum.

Kita mesti membaca lagi untuk yang kedua kalinya. Tetapi kali ini, kita hanya membaca bagian yang ada tanda garis bawah atau tanda kurung. Cukup bagian itu saja. Nah, di bacaan kedua ini, kita ambil pena dengan warna tinta yang baru. Bisa juga dengan membuat tanda yang baru. Yang penting kita bisa menentukan dan memberi tanda maklumat yang benar-benar baru dan penting.

Setelah itu..

Kita letakkan buku tersebut untuk beberapa waktu. Mungkin satu tahun, dua tahun, atau setelah beberapa bulan. Kemudian kita ambil lagi, tetapi untuk membaca kali ketiga dan seterusnya, kita hanya akan membaca ringkasan atau poin-poin utama.

Tentu saja, jika buku tersebut sangat berbobot atau buku penting di bidangnya, tidak cukup dengan pemberian tanda. Tapi sebaiknya kita ringkas pokok-pokok pembahasannya. Karena tanda yang kita buat hanya menunjukkan maklumat penting, tapi terpisah-pisah. Jika kita ingin mengingat isi buku tersebut lebih baik, tentu kita perlu membuat ringkasan. Baik di buku khusus, atau menggunakan kertas kosong yang biasanya di awal atau akhir buku itu sendiri. Kita buat ringkasan singkat saja, mungkin sekitar tiga sampai lima halaman.

Ringkasan itulah yang akan kita baca secara berkala. Mungkin setiap tahun atau beberapa bulan sekali.

Cara ini tergolong mudah dan tidak membuat jenuh atau malas membaca.

Ada cara lain, tapi sedikit lebih sulit, sehingga tidak semua orang bersungguh-sungguh melakukannya. Padahal tentu faedahnya lebih banyak.

Cara Kedua:

Membaca ulang buku tersebut secara menyeluruh. Inilah yang ditempuh oleh para ulama, para pembaca atau orang-orang yang berwawasan luas. Mereka membaca kitab berkali-kali, tiga, empat, lima, bahkan puluhan hingga ratusan kali. Tergantung seberapa penting buku tersebut dan sejauh mana kemampuan mengingat maklumat.

Jika kita bisa membaca "banyak buku" dan mendapatkan "banyak faedah", tentunya ini yang terbaik. Tetapi jika harus memilih, maka pilihlah "banyak faedah".

Semoga bermanfaat.
--------------------

Kami salin tempel dari telegram Akhi ustadz : Fida Munadzir Abdul Latif
t.me/catatanringkas

Post a Comment

0 Comments