RAMADAN TETAPLAH RAMADAN

Mengapa semakin dekat hari penentuan, semakin sakit raga menahan kerinduan.

Derap langkah Ramadan sudah terdengar, laungan doa mu'minin sudah mengangkasa, dan itu tinggal hitungan beberapa senja.

Saudaraku, izinkan aku berbisik halus di telingamu. Menghembuskan nafas segar dari sesaknya derita yang dunia rasakan. Izinkan aku berbicara, membawa surat bahagia dari lamunan sedu tentang pertemuan.

Aku bertanya, "Apa yang kau rindukan dari Ramadan kali ini? apa kau merindukan euforia petang pasar Ramadan? atau kau merindukan semarak malamnya dengan tarawih dan tadarusan? atau kau merindukan gema takbir di hilal syawwal yang berkeliling menghanyutkan?"

Merindulah semampumu saudaraku, merindulah sesukamu. Gantungkan impian perjumpaan diatas dipan pengharapan. Namun, jangan menolak kenyataan yang nantinya engkau dapatkan.

Saudara, jika kau merindukan euforia petang Ramadan, mungkin tahun ini kau tak akan dapatkan.
Jika kau merindukan semarak malam Ramadan, mungkin tahun ini tak dapat kau rasakan.
Jika kau merindukan gema takbir bersahutan dimalam pengumuman, mungkin tahun ini sebaiknya kau pendam. Walau lirih doaku bertemankan tangisan memohon agar nantinya tanah lapang mempertemukan.

Hampalah rindumu, kosonglah anganmu, basilah semangatmu, jika kerinduan akan euforia itu hilang tanpa pembaruan.

Sementara ini, alihkan haluan rindumu pada Ramadan, palingkan semua mimpimu dari ekspetasi ria duniawi yang kau harapkan, karena Ramadan yang kau rindu tetaplah ramadan.

Iya saudaraku, Ramadan tetaplah bulan mulia walau kini wabah tengah melanda.
Ramadan tetaplah bulan ampunan walau pandemi menghalang pertemuan.
Ramadan tetap bulan berkah walau tanpa atribut kesemarakan; tanpa pasar ramadan, tanpa tarawih berjamaah, tanpa buka bersama, tanpa jumpa hangat di subuhnya, tanpa takbiran keliling di akhirnya.....Ramadan tetaplah Ramadan.

Malaikat masih akan berseru di awalnya dengan "يا باغي الخير أقبل ويا باغي الشر أقصر" wahai perindu kebaikan, sambutlah. Wahai penurut nafsu keduniaan, tahanlah.
Pintu pintu surga masih akan terbuka sepanjang ramadan.
Pintu neraka masih akan terus tertutup selama ramadan.
Setan masih tetap akan dibelengu, pintu taubat masih terus terbuka, hamparan rahmat Allah masih akan terus ada, ganjaran amalan masih tetap akan dilipatgandakan, dan Allah....masih tetap membuka peluang untuk menjadi hamba hambanya yang diselamatkan dari api neraka, dan itu SETIAP HARI.

Jadi saudaraku, masih banyak harusnya pelabuhan rindumu pada Ramadan. Kau masih bisa merindukan ampunan, masih bisa merindukan rahmat, masih bisa merindukan lipatan ganjar amalan. masih bisa.

Saudaraku.
Kalau kita berbicara tentang peniadaan shalat tarawih berjamaah nantinya di bulan ramadan untuk sebagian daerah, berarti kita sedang berbicara tentang  ketaatan pada Allah dan Rasulnya shalallahu 'alaihi wasallam. Kita juga akan bersinggungan dengan bahasan kewajiban taat pemerintah yang oleh ahlus sunnah termasuk asas penting pembeda mereka dengan banyaknya kelompok yang menyimpang. Namun, bukan di sini baiknya dibahas, toh menghindari kemudhorotan lebih dikedepankan daripada melaksankan sebuah kemaslahatan.

Beginilah yang nantinya akan kita temukan. Tarawih tidak dilakukan secara berjamaah, buka puasa bersama tak dapat terlaksana. Tapi bukankah #dirumahsaja adalah pilihan terbaik untuk hari hari ini?.

Walaupun nantinya kita tak dapat bertegur sapa di masjid ketika menunggu tarawih ditegakkan, jangan kiranya itu menyusutkan semangat amalan. bukankah amalan di saat kesindirian lebih mengajari kita bagaimana praktek sebuah keikhlasan? bangunlah saudaraku, 11 bulan sudah kita terbuai dengan kerancuan dalam amalan, ambigu dalam maksud dan tujuan. inilah saatnya. Membuktikan bahwa keshalihan kita bukan karena orang. Amalan kita bukan karena kebiasaan. Inilah waktunya, berduaan dengan Rabb pencipta keheningan.

Sekarang, aku menganggap tujuan rindu kita sudah jelas kemana. Tinggal gerak kita yang harus dilakukan. Jangan lagi banyak tanya tentang "apakah ramadan kali ini tarawih berjamaah masih ada? apa nanti shalat ied akan tak ada?" pastikan saja dulu, perbekalan itu cukup.

Terakhir saudaraku, sebelum aku berhenti berbisik memohon izin pada hatimu untuk beranjak. Jika kau tanya tentang 'ied kelak, maka yang harus kita persiapkan adalah air mata. Air mata simpuh tangis pengharapan, air mata pengakuan atas dosa yang dikerjakan, serta air mata yang tak tahu lagi menangis karena apa.

Aku berikan sedikit kabar gembira; tak ada tamu yang tak pulang. Wabah ini akan segera terangkat atas izin Allah. tinggal kita, apakah masih akan bertemu pada Ramadan, ataukah ia tiba sedang kita tiada.

Aku izin. terima kasih sudah mendengar dan membaca.
dari saudaramu : Abu Hatim Huzaifah






Post a Comment

0 Comments